Sabtu, 12 Juli 2008

POSO


Pesona Poso Telah Kembali
"edited version" telah dimuat di Harian umum SUARA MERDEKA edisi Minggu tgl 28 Oktober 2007, pada halaman 32.
Oleh:Gagoek Hardiman

Salah satu tempat rekreasi yang layak dikunjungi di kota Poso adalah Pantai Imbo, dilingkungan pantai yang indah dan menawan, terdapat pula permukiman nelayan dan industri pembuatan kapal kayu. Meskipun beberapa saat dilanda kerusuhan sejak April 2000, sekarang kondisi dan situasi sudah aman, kondusiv dan terkendali. Kehidupan antar umat beragama di Poso



yakni umat Islam, Kristen dan Hindu nampak rukun tidak lagi saling curiga. Bahkan bagi yang untuk pertama kali ke Poso mungkin tidak terbayangkan sebelumnya bahwa di lokasi tertentu diantara perkebunan kakao dan kelapa yang subur terdapat banyak rumah etnis Bali, Pura Hindu dengan ornamen yang spesifik.
Dari Palu ibu Kota Sulawesi Tengah menuju ke Poso, dapat ditempuh dengan naik bis atau travel stasion dengan menempuh jarak 228 KM, melalui jalan menanjak yang berkelok kelok, di kedua sisi jalan dibatasi dengan jurang yang dalam serta tebing cuam yang cukup memacu andrenalin, dari jalan diatas pegunungan tersebut apabila melihat ke arah barat diantara pepohon sesekali nampak laut Palu. Bagi yang mudah mabuk dalam kendaraan, dianjurkan minum obat anti mabuk. Bagi wisatawan justru kondisi alam tersebut justru merupakan atraksi alam yang menantang. Dengan adanya panorama hutan alami dikiri kanan jalan suasana semakin unik dan menarik. Sampai di pertigaan Toboli kabupaten Parigi Moutong, jalan dari Palu bertemu dengan jalan Trans Sulawesi, di pertigaan ersebut nampak papan penunjuk arah, ke utara menuju Gorontalo dan Manado ke selatan menuju Poso.

Suasana aman dan damai di kota Poso
Sampai di kota Poso terasa suasana kesederhanaan, ketenangan sangat cocok untuk penyegar jiwa serta fikiran, terutama bagi kita yang terbiasa hidup dilingkungan kota besar yang hiruk pikuk. Kesan pertama yang kita terima adalah tanah yang sangat subur. Pohon kelapa yang tinggi dengan buah yang lebat serta perkebunan kakao, steriotype “landscape” Propinsi Sulawesi Tengah.
Setelah “chek in” di penginapan Alu Goro jalan Sumatera milik warga Poso etnis Jawa yang terletak di samping Markas Polres di pusat kota Poso. Saya memanfaatkan waktu dengan jalan kaki menikmati karakteristik kota Poso. Tempat yang paling ramai dan dinamis adalah pasar Poso yang terletak di dekat Polres Poso dan deretan pertokoan persis di depan Polres Poso. Karena tempat lain relatif sepi. misal lingkungan perdagangan jalan Imam Bonjol yang dulu merupakan pusat perdagangan terlihat rusak karena penjarahan, masih belum beroperasi. Sebagaian besar pemilik tempat usaha, mayoritas etnis Cina telah hijrah ke Palu dan Gorontalo dan membuka usaha baru disana.
Meskipun panorama bangunan rusak akibat kerusuhan masih sangat mencolok dan banyak yang masih belum diperbaiki, banyak yang hanya tersisa beberapa puing tertutup tanaman menjalar, beberapa tinggal lahannya saja. Bahkan di perumahan BTN desa Bega Poso 100% tinggal sebagaian dinding dlm kondisi hancur dan hangus, lingkungan permukiman tersebut musnah sebelum sempat dihuni oleh para pemiliknya . Untuk “Recovery” bangunan pasca kerusuhan april 2000, sampai saat ini menurut Poso Post edisi tanggal 18 dan 20 juni 2007 telah diterima oleh pemerintah Daerah Poso antara lain dana dari Menkokesra sejumlah 58 Miliar. Untuk setiap pengungsi direncanakan pemberian bantuan 4 juta rupiah, disamping dana tersebut masih ada pula dana “recovery” dari berbagai sumber.
Saat ini suasana kehidupan sehari hari sudah nampak tertib aman dan terkendali. Kemanapun kita berjalan terasa aman dan damai. Bangunan peribadatan Masjid, Gereja dan Pura semuanya difungsikan oleh jemaahnya sebagaimana mestinya, hanya sedikit bangunan ibadah yang masih dijaga oleh polisi.
Pasar Poso
Sebagai tempat yang paling ramai pasar Poso merupakan obyek pertama dan yang paling sering saya kunjungi. Suasana sangat aman apalagi di beberapa tempat di pasar Poso selalu dijaga polisi dan tentara.
Pasar Poso merupakan bangunan berlantai 2 dengan kondisi bangunan yang kurang terawat, terminal angkutan kota menempati sebagaian dari lahan pasar tersebut. Para pedagang di pasar Poso menempati kios permanen dalam pasar maupun tenda temporer di halaman pasar sekeliling bangunan utama. Pedagang yang menempati tenda justru jauh lebih banyak dibanding dalam bangunan permanen. Hal tersebut merupakan kecenderungan umum yang dapat dijumpai pada pasar-pasar di beberapa kota di Indonesia. Fenomena spesifik dan menarik adalah mobil colt pick up yang bak belakangnya digunakan untuk berjualan hasil bumi. beberapa mobil berjajar di halaman pasar Poso diberi tenda plastik sebagai pelindung dari panas matahari ataupun air hujan.
Souvenir bisa kita dapatkan di salah satu kios di depan pasar Poso. Souvenir yang paling dominan antara lain parang dengan sarung dari kayu berbagai ukuran dan jenis. Parang tersebut merupakan peralatan khas petani di Sulawesi Tengah. Untuk buah tangan di pasar poso juga banyak ditawarkan abon ikan laut yang sudah dikemas dalam plastik.
Pantai Imbo
Kota Poso dilalui sungai Poso yang hulunya berada di danau Poso. Sebagai penghubung kota yang dibelah oleh sungai terdapat 2 jembatan besar. Untuk wilayah kota yang jauh dari Jembatan apabila hendak menyebrangi sungai dapat memakai jasa parahu dayung. Karena hampir sebagaian besar bantaran sungai tertutup bangunan, maka untuk menikmati panorama sungai secara leluasa dapat dari jembatan di jalan Kalimantan. Pada salah satu ujung jembatan tersebut terdapat simpang 4 yang dilengkapi dengan pulau jalan dan tugu. Tepat di tengah bundaran tersebut didirikan baliho besar yang berpesan agar 3 agama di poso bersatu padu dengan mengutamakan kerukunan.
Dari bundaran tersebut tersebut dengan berjalan kaki 10 menit sampai dipantai Imbo, Pada permukiman yang ada dipantai Imbo kita bisa menjumpai banyak industri perahu dari kayu .
Pantai Imbo merupakan Tempat rekreasi yang paling menarik di kota Poso hanya sayang masih sepi pengunjung. Fasilitas utama adalah gardu pandang yang dapat berfungsi sebagai panggung pertunjukan apabila ada pagelaran musik yang digelar di tepi pantai. Namun kondisi gardu tersebut sudah memprihatinkan. Fasilitas lain hanya beberapa warung yang dibangun secara spontan oleh masyarakat. Sebagaian warung hanya buka di hari minggu, banyak kambing yang berkeliaran di pantai.
Meskipun udara cerah, hanya ada beberapa anak kecil berenang dipantai dan hanya beberapa pengunjung termasuk seorang turis asal perancis yang nampak dipantai menyaksikan sun set. Beberapa pemuda tegap dengan celana loreng kaos hitam nampak pula duduk sambil melepas ketegangan fikiran, ternyata mereka brimob muda yang berasal dari luar sulawesi, markasnya memang terletak didekat lokasi tersebut. Beberapa gadis Poso yang kebetulan juga berekreasi di pantai dan duduk diatas sadel sepeda motor kelihatan sesekali mencuri pandang pada pemuda pemuda tegap tersebut. Apabila pandangan bereka bertemu maka wajah gadis poso nampak malu malu merah merona bagaikan langit saat itu kuning kemerahan dengan sinar perak yang terpantul dari permukaaan air laut, kemudian menjadi semakin gelap seiring dengan turunnya matahari yang akhirnya lenyap di balik cakrawala. Seiring dengan berkumandangnya azan magrib saya dan brimob muda serta masyarakat lain yang beragama islam menuju masjid Nurul Huda di jalan Patimura dekat pantai untuk melaksanakan sholat magrib berjamah seraya memanjatkan doa untuk ketertiban, keamanan dan kesejahteraan abadi bagi masyarakat Poso. Bagi yang beragama Kristen apabila dari pantai hendak ke tempat ibadah, dapat ke Gereja di Jl. Jendral Sudirman. Di markas Kodim kelurahan Bonesampe yang terletak tidak jauh dari pantai, pada ujung sebelah kiri bangunan Markas Kodim terdapat Kapel, sedangkan pada ujung sebelah kanan terdapat Mushola .
Ruang terbuka publik, kuliner dan sarana rekreasi.
Apabila di beberapa kota, plaza atau alun-alun merupakan salah satu pusat aktivitas masyarakat kota. Misal lapangan Karebosi di Makassar, lapangan Merdeka di Medan, demikian pula di Palu juga terdapat lapangan yang digunakan untuk pelaksanaan berbagai acara. Disebelah selatan lapangan berdiri kantor Bupati Poso yang megah, sebelah Utaranya di jalan Pulau Buru terdapat bangunan DPRD. Di dekat lapangan tersebut tepatnya di jalan pulau Timor terdapat Universitas Sintuwu Maroso Poso.
Tepat di depan Universitas terdapat warung makan terlaris di kota Poso pemiliknya etnis Jawa. Hanya saja apabila kita ke warung tersebut saat jam makan siang, harus rela menunggu kursi kosong dan sabar menunggu giliran mendapat pelayanan. Mengenai makanan di Poso sebagaimana layaknya pada kota kota Pesisir di Sulawesi terdapat banyak warung Ikan bakar. Namun di beberapa tempat di Poso banyak pula warung bakmi dan nasi goreng serta bakso yang dikelola etnis Jawa. Banyak pula gerobak dorong yang menjual pisang, singkong goreng, martabak dll yang pada umumnya dikelola oleh etnis jawa. Sebagaian dari mereka berasal dari lokasi permukiman transmigran di Sulawesi. Apabila di tengah malam kita membutuhkan makanan kecil atau minuman, tidak perlu khawatir karena ada sebuah kios rokok yang buka 24 jam antara lain di pertigaan jl. Sumatera dan jalan Pulau Timor. Keberadaan kios 24 jam ini menyebabkan suasana kota di malam hari terasa tidak mencekam.
Tempat hiburan seperti tempat biliar atau karaoke di Poso saat ini tidak ada. Karena tempat hiburan demikian dulu antara lain ada didaerah perdagangan jalan Imam Bonjol yang konon buka sampai larut malam, saat ini tinggal papan nama setengah hangus dan bangunannya rusak akibat penjarahan.
Penghijauan kota
Kesadaran atas penghijauan bagi masyarakat Sulawesi tengah pada umumnya sangat baik, hal tersebut nampak pula di Kota Poso. Hampir disemua rumah memperhatikan penghijauan dan penanaman tanaman hias. Jenis tanaman hias yang rata-rata ada hampir disetiap halaman rumah adalah Aglonema, Euporbia, Caladium dan Bougenvilia berbagai warna dan sebagainya . Ruang terbuka Hijau di kota Poso masih sangat ideal. Sehingga apabila kta berjalan kaki keliling kota masih terasa nyaman. Bahkan pohon kakao juga ada yang ditanam dihalaman rumah, halaman yang digunakan untuk menjemur buah kakao juga dapat dijumpai di beberapa tempat di kota Poso, pemandangan tersebut merupakan pencerminan dari karakteristik masyarakat yang sebagaian bekerja di sektor perkebunan.
Wilayah pantai dipinggir kota kearah lapangan udara merupakan perbaduan unsur alam yantara air laut yang biru, hutan bakau, pohan kelapa yang subur menjulang tinggi, betul betul indah dan menawan.
Nuansa Bali di Poso
Dari Arah kota palu Sejak memasuki jalur trans Sulawesi, sampai di Tolai, Sausu, Tambarana di kiri kanan jalan banyak rumah dengan halaman besar yang dibangunan dengan arsitektur bali sesekali terlihat Pura Bali yang megah. Mereka asalnya warga transmigrasi asal bali. Setelah mereka sukses banyak yang pindah ketepi jalan besar.
Pada umumnya permukiman etnis bali mengelompok baik yang dipinggir jalan besar maupun yang jauh dari jalan besar. Sehingga nuansa balinya semakin kelihatan mencolok.
Ternyata di Kabupaten atau kota Poso terdapat 3 agama yang masing masing ikut mewarnai arsitektur kota Poso, mayoritas penduduk Poso Beragama Islam. Bangunan masjid dan Gereja nampak dibeberapa tempat namun juga tidak sulit untuk mendapatkan pura bali antara lain Pura Agung “Surya Janah” di desa Batalemba kec Poso Pesisir. Pada hari tertentu misal hari raya Galungan Pura, di pura Hindu Poso juga diadakan upacara keagaman seperti di pulau Bali.
Sehingga warga Poso yang berdarma wisata ke Bali mungkin tidak asing lagi bila menyaksikan rumah dan pura di Bali.
Saat ini sudah ada penerbangan dari Palu ke Poso pada hari tertentu. Fasilitas lapangan udara sederhana juga sudah tersedia di Poso. Dengan demikian kunjungan wisatawan maupun pedagang ke Poso dapat semakin intensif dan meningkat, agar rahabilitasi dan perkembangan kota dapat terlaksana secara cepat dan rancak. Karena saat ini masyarakat sudah menyadari bahwa kerusuhan menyebabkan kehancuran dan kemunduran, mereka mendambakan pembangunan di segala bidang. Meskipun ada juga segolongan orang yang berfikiran terlalu ekstrim yakni mendambakan pemekaran wilayah, dalam arti mengusulkan agar Propinsi Sulawesi Tengah di bagi menjadi 2 propinsi. Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Timur dengan Poso sebagai ibukotanya. Wacana ini bukan merupakan rahasia karena setiap orang dapat langsung membaca pada baliho besar yang diletakkan di permpatan jalan utama di kota Poso.
Dengan adanya kebebasan menyatakan pendapat tersebut, semakin tercermin bahwa demokrasi di Indonesia semakin sehat, asal semua keinginan sesuai jalur hukum dan tidak bersifat pemaksaan sefihak. Perkembangan situasi keamanan di Poso menunjukkan bahwa era kerusuhan telah berlalu. Masyarakat semakin sadar bahwa karagaman etnis, budaya, agama merupakan karakteristik Indonesia. Sesuai semboyan Negara Kesatuan republik Indonesia Bhineka Tunggal Ika. Upaya untuk peningkatan kualitas dan kuantitas kehidupan di kota Poso juga nampak pada semboyan yang dicanangkan oleh bupati Poso Drs Piet Ingkiriwang MM, yakni: CITRA: Cantik, Indah, Tertib, Ramah dan Aman. Semboyan tersebut terpampang di segenap penjuru kota

Saguer, Legen dari Tentena.
Mengunjungi kota Poso tentu tidak akan lengkap kalau tidak ke Tentena yang terletak di daerah pegunungan di tepi danau Poso, dari danau yang indah berwarna biru lazuardi tersebut mengalir sungai Poso yang bermuara di pantai Imbo di kota Poso. Jarak kota Poso dan Tentena sekitar ….. km melalui jalan trans sulawesi, melewati berbukitan dengan panorama kebun dan hutan yang hijau sesuai dengan sebutan negara kita zamrud di katulistiwa.
Kota tentena memiliki iklim pegunungan yang sejuk. Dengan suasana kota yang tenang dengan karakter yang khas terletak di tepi danau Poso dan kota dibelah oleh sungai yang Poso yang jernih sekali . Dengan jelas kita bisa melihat dasar sungai dan ikan yang ada di sungai tersebut. Pada tepi sungai nampak beberapa rumah yang dibangun langsung di atas air lengkap dengan keramba unuk memelihara ikan .
Paniki (Daging Kelelawar).
Seperti pada umumnya kota kecil, maka pasar merupakan pusat aktivitas kota. Kita bisa membeli berbagai sayuran ikan, dan berbagai jenis daging antara lain Kelelawar baik yang masih hidup mupun yang sudah mati yang disebut Paniki seperti yang dijual di pasar pasar di kota Manado . Karena Tentena terletak antara Manado dan Makassar maka selain terdapat makanan yang mirip Manado seperti “Paniki”. Juga ada makanan seperti yang lazim di jual di Makassar “Coto” bedanya kalau di Makassar dimasak dengan bahan daging sapi, di Tentena menggunakan daging babi tetapi konon bumbu dasarnya mirip, dan bagi yang menyukai sama sama terasa nikmat….mak nyussss . apalagi kalau disantap saat perut terasa lapar. Sesuai kata mutiara dlm bahasa Jerman. “ Hunger ist der Beste Koch”, artinya rasa lapar adalah koki (juru masak) yang paling hebat.
Sarana angkutan dari kota Tentena ke wilayah sekitarnya menggunakan mobil stasion Daihatsu atau Colt. Uniknya barang penumpang diletakkan di atas dan berbagai barang dicampur. Misal kelapa, koper, kotak karton berisi Mie Instant, babi hidup dibungkus karung plastik dan hanya terlihat hidungnya.
Fasilitas Wisata bertaraf Nasional.
Dari pusat kota Tentena dengan berjalan kaki atau dengan sepeda motor kita bisa segera sampai ketepi danau Poso. Ditepian danau Poso terdapat berbagai fasilitas rekreasi. Pengunjung bisa menyewa perahu dayung, ban untuk berenang. Jalan jalan ditepi danau atau mengunjungi patung Yesus di kayu salib yang terletak di hutan ditepi danau dan sebagainya. Bagi wisatawan yang ingin bermalam ditepi danau tersedia beberapa hotel yang bersih, asri dengan pandangan yang mempesona ke arah danau Poso.
Fasilitas wisata bertaraf nasional yang sangat megah adalah komplek bangunan yang terletak ditepi danau Toba, terdiri dari bangunan dengan gaya arsitektur “vernacular” khas Sulawesi Tengah dengan bahan bangunan yang alami. Terdiri dari beberapa gedung antara lain anjungan dari tiap kabupaten di propinsi Sulawesi Tengah, gedung serba guna dsb. Kompleks bangunan tersebut sedianya diperuntukkan bagi festival danau Toba yang sesuai rencana saat diresmikan semestinya diadakan pada bulan Agustus secara teratur setiap tahun untuk menarik wisatawan nasional dan manca negara.
Namun saat ini kompleks bangunan tersebut untuk sementara tidak dipergunakan untuk keperluan wisata, tetapi untuk menampung keluarga pengungsi akibat kerusuhan. Kondisi bangunan yang megah dan representativ tersebut nampak memerlukan perhatian dan perawatan dari pemerintah daerah serta dikembalikan fungsingya sbg fasilitas wisata. Mengingat iklim atau suasana lingkungan yang sudah kondusif, aman dan damai di Poso, Tentena dan sekitarnya.
Memperhatikan kampung-kampung di dalam dan di sekitar kota Tentena mengingatkan kita pada kampung “Dorf” di Jerman. Karena setiap lingkungan permukiman nampak ada fasilitas ibadah Gereja dengan menara yang menjulang tinggi yang nampak jelas dari kejauhan.
Ikan Sogili dan Saguer
Apabila kita sudah berada di Tentena jangan sampai terlewatkan menikmati hidangan khas antara lain ikan Sogili yang dimasak dengan bumbu khas Tentena digoreng atau dibakar ditemani dengan saguer di jawa disebut ‘Legen’ minuman manis segar dari pohon Enau, di tepi danau kita sering menjumpai petani yang memikul saguer yang baru diambil dari atas pohon enau.
Setelah menyaksikan keindahan alam dan lingkungan, dalam hati kecil timbul keinginan untuk berlama lama tinggal di Tentena menikmati pemandangan danau Poso dan landskap disekelilingknya yang sangat mempesona, dari atas balkon “Lake view Hotel”. Sambil menikmati kelezatan aneka masakan khas setempat, antara lain ikan sogili bakar dengan segelas saguer segar sambil menghirup udara pegunungan yang sejuk dan bebas polusi.
(Dr.-Ing. Ir. Gagoek Hardiman. Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang).

Tidak ada komentar: