Sabtu, 12 Juli 2008

POSO


Pesona Poso Telah Kembali
"edited version" telah dimuat di Harian umum SUARA MERDEKA edisi Minggu tgl 28 Oktober 2007, pada halaman 32.
Oleh:Gagoek Hardiman

Salah satu tempat rekreasi yang layak dikunjungi di kota Poso adalah Pantai Imbo, dilingkungan pantai yang indah dan menawan, terdapat pula permukiman nelayan dan industri pembuatan kapal kayu. Meskipun beberapa saat dilanda kerusuhan sejak April 2000, sekarang kondisi dan situasi sudah aman, kondusiv dan terkendali. Kehidupan antar umat beragama di Poso


yakni umat Islam, Kristen dan Hindu nampak rukun tidak lagi saling curiga. Bahkan bagi yang untuk pertama kali ke Poso mungkin tidak terbayangkan sebelumnya bahwa di lokasi tertentu diantara perkebunan kakao dan kelapa yang subur terdapat banyak rumah etnis Bali, Pura Hindu dengan ornamen yang spesifik.
Dari Palu ibu Kota Sulawesi Tengah menuju ke Poso, dapat ditempuh dengan naik bis atau travel stasion dengan menempuh jarak 228 KM, melalui jalan menanjak yang berkelok kelok, di kedua sisi jalan dibatasi dengan jurang yang dalam serta tebing cuam yang cukup memacu andrenalin, dari jalan diatas pegunungan tersebut apabila melihat ke arah barat diantara pepohon sesekali nampak laut Palu. Bagi yang mudah mabuk dalam kendaraan, dianjurkan minum obat anti mabuk. Bagi wisatawan justru kondisi alam tersebut justru merupakan atraksi alam yang menantang. Dengan adanya panorama hutan alami dikiri kanan jalan suasana semakin unik dan menarik. Sampai di pertigaan Toboli kabupaten Parigi Moutong, jalan dari Palu bertemu dengan jalan Trans Sulawesi, di pertigaan ersebut nampak papan penunjuk arah, ke utara menuju Gorontalo dan Manado ke selatan menuju Poso.

Suasana aman dan damai di kota Poso
Sampai di kota Poso terasa suasana kesederhanaan, ketenangan sangat cocok untuk penyegar jiwa serta fikiran, terutama bagi kita yang terbiasa hidup dilingkungan kota besar yang hiruk pikuk. Kesan pertama yang kita terima adalah tanah yang sangat subur. Pohon kelapa yang tinggi dengan buah yang lebat serta perkebunan kakao, steriotype “landscape” Propinsi Sulawesi Tengah.
Setelah “chek in” di penginapan Alu Goro jalan Sumatera milik warga Poso etnis Jawa yang terletak di samping Markas Polres di pusat kota Poso. Saya memanfaatkan waktu dengan jalan kaki menikmati karakteristik kota Poso. Tempat yang paling ramai dan dinamis adalah pasar Poso yang terletak di dekat Polres Poso dan deretan pertokoan persis di depan Polres Poso. Karena tempat lain relatif sepi. misal lingkungan perdagangan jalan Imam Bonjol yang dulu merupakan pusat perdagangan terlihat rusak karena penjarahan, masih belum beroperasi. Sebagaian besar pemilik tempat usaha, mayoritas etnis Cina telah hijrah ke Palu dan Gorontalo dan membuka usaha baru disana.
Meskipun panorama bangunan rusak akibat kerusuhan masih sangat mencolok dan banyak yang masih belum diperbaiki, banyak yang hanya tersisa beberapa puing tertutup tanaman menjalar, beberapa tinggal lahannya saja. Bahkan di perumahan BTN desa Bega Poso 100% tinggal sebagaian dinding dlm kondisi hancur dan hangus, lingkungan permukiman tersebut musnah sebelum sempat dihuni oleh para pemiliknya . Untuk “Recovery” bangunan pasca kerusuhan april 2000, sampai saat ini menurut Poso Post edisi tanggal 18 dan 20 juni 2007 telah diterima oleh pemerintah Daerah Poso antara lain dana dari Menkokesra sejumlah 58 Miliar. Untuk setiap pengungsi direncanakan pemberian bantuan 4 juta rupiah, disamping dana tersebut masih ada pula dana “recovery” dari berbagai sumber.
Saat ini suasana kehidupan sehari hari sudah nampak tertib aman dan terkendali. Kemanapun kita berjalan terasa aman dan damai. Bangunan peribadatan Masjid, Gereja dan Pura semuanya difungsikan oleh jemaahnya sebagaimana mestinya, hanya sedikit bangunan ibadah yang masih dijaga oleh polisi.
Pasar Poso
Sebagai tempat yang paling ramai pasar Poso merupakan obyek pertama dan yang paling sering saya kunjungi. Suasana sangat aman apalagi di beberapa tempat di pasar Poso selalu dijaga polisi dan tentara.
Pasar Poso merupakan bangunan berlantai 2 dengan kondisi bangunan yang kurang terawat, terminal angkutan kota menempati sebagaian dari lahan pasar tersebut. Para pedagang di pasar Poso menempati kios permanen dalam pasar maupun tenda temporer di halaman pasar sekeliling bangunan utama. Pedagang yang menempati tenda justru jauh lebih banyak dibanding dalam bangunan permanen. Hal tersebut merupakan kecenderungan umum yang dapat dijumpai pada pasar-pasar di beberapa kota di Indonesia. Fenomena spesifik dan menarik adalah mobil colt pick up yang bak belakangnya digunakan untuk berjualan hasil bumi. beberapa mobil berjajar di halaman pasar Poso diberi tenda plastik sebagai pelindung dari panas matahari ataupun air hujan.
Souvenir bisa kita dapatkan di salah satu kios di depan pasar Poso. Souvenir yang paling dominan antara lain parang dengan sarung dari kayu berbagai ukuran dan jenis. Parang tersebut merupakan peralatan khas petani di Sulawesi Tengah. Untuk buah tangan di pasar poso juga banyak ditawarkan abon ikan laut yang sudah dikemas dalam plastik.
Pantai Imbo
Kota Poso dilalui sungai Poso yang hulunya berada di danau Poso. Sebagai penghubung kota yang dibelah oleh sungai terdapat 2 jembatan besar. Untuk wilayah kota yang jauh dari Jembatan apabila hendak menyebrangi sungai dapat memakai jasa parahu dayung. Karena hampir sebagaian besar bantaran sungai tertutup bangunan, maka untuk menikmati panorama sungai secara leluasa dapat dari jembatan di jalan Kalimantan. Pada salah satu ujung jembatan tersebut terdapat simpang 4 yang dilengkapi dengan pulau jalan dan tugu. Tepat di tengah bundaran tersebut didirikan baliho besar yang berpesan agar 3 agama di poso bersatu padu dengan mengutamakan kerukunan.
Dari bundaran tersebut tersebut dengan berjalan kaki 10 menit sampai dipantai Imbo, Pada permukiman yang ada dipantai Imbo kita bisa menjumpai banyak industri perahu dari kayu .
Pantai Imbo merupakan Tempat rekreasi yang paling menarik di kota Poso hanya sayang masih sepi pengunjung. Fasilitas utama adalah gardu pandang yang dapat berfungsi sebagai panggung pertunjukan apabila ada pagelaran musik yang digelar di tepi pantai. Namun kondisi gardu tersebut sudah memprihatinkan. Fasilitas lain hanya beberapa warung yang dibangun secara spontan oleh masyarakat. Sebagaian warung hanya buka di hari minggu, banyak kambing yang berkeliaran di pantai.
Meskipun udara cerah, hanya ada beberapa anak kecil berenang dipantai dan hanya beberapa pengunjung termasuk seorang turis asal perancis yang nampak dipantai menyaksikan sun set. Beberapa pemuda tegap dengan celana loreng kaos hitam nampak pula duduk sambil melepas ketegangan fikiran, ternyata mereka brimob muda yang berasal dari luar sulawesi, markasnya memang terletak didekat lokasi tersebut. Beberapa gadis Poso yang kebetulan juga berekreasi di pantai dan duduk diatas sadel sepeda motor kelihatan sesekali mencuri pandang pada pemuda pemuda tegap tersebut. Apabila pandangan bereka bertemu maka wajah gadis poso nampak malu malu merah merona bagaikan langit saat itu kuning kemerahan dengan sinar perak yang terpantul dari permukaaan air laut, kemudian menjadi semakin gelap seiring dengan turunnya matahari yang akhirnya lenyap di balik cakrawala. Seiring dengan berkumandangnya azan magrib saya dan brimob muda serta masyarakat lain yang beragama islam menuju masjid Nurul Huda di jalan Patimura dekat pantai untuk melaksanakan sholat magrib berjamah seraya memanjatkan doa untuk ketertiban, keamanan dan kesejahteraan abadi bagi masyarakat Poso. Bagi yang beragama Kristen apabila dari pantai hendak ke tempat ibadah, dapat ke Gereja di Jl. Jendral Sudirman. Di markas Kodim kelurahan Bonesampe yang terletak tidak jauh dari pantai, pada ujung sebelah kiri bangunan Markas Kodim terdapat Kapel, sedangkan pada ujung sebelah kanan terdapat Mushola .
Ruang terbuka publik, kuliner dan sarana rekreasi.
Apabila di beberapa kota, plaza atau alun-alun merupakan salah satu pusat aktivitas masyarakat kota. Misal lapangan Karebosi di Makassar, lapangan Merdeka di Medan, demikian pula di Palu juga terdapat lapangan yang digunakan untuk pelaksanaan berbagai acara. Disebelah selatan lapangan berdiri kantor Bupati Poso yang megah, sebelah Utaranya di jalan Pulau Buru terdapat bangunan DPRD. Di dekat lapangan tersebut tepatnya di jalan pulau Timor terdapat Universitas Sintuwu Maroso Poso.
Tepat di depan Universitas terdapat warung makan terlaris di kota Poso pemiliknya etnis Jawa. Hanya saja apabila kita ke warung tersebut saat jam makan siang, harus rela menunggu kursi kosong dan sabar menunggu giliran mendapat pelayanan. Mengenai makanan di Poso sebagaimana layaknya pada kota kota Pesisir di Sulawesi terdapat banyak warung Ikan bakar. Namun di beberapa tempat di Poso banyak pula warung bakmi dan nasi goreng serta bakso yang dikelola etnis Jawa. Banyak pula gerobak dorong yang menjual pisang, singkong goreng, martabak dll yang pada umumnya dikelola oleh etnis jawa. Sebagaian dari mereka berasal dari lokasi permukiman transmigran di Sulawesi. Apabila di tengah malam kita membutuhkan makanan kecil atau minuman, tidak perlu khawatir karena ada sebuah kios rokok yang buka 24 jam antara lain di pertigaan jl. Sumatera dan jalan Pulau Timor. Keberadaan kios 24 jam ini menyebabkan suasana kota di malam hari terasa tidak mencekam.
Tempat hiburan seperti tempat biliar atau karaoke di Poso saat ini tidak ada. Karena tempat hiburan demikian dulu antara lain ada didaerah perdagangan jalan Imam Bonjol yang konon buka sampai larut malam, saat ini tinggal papan nama setengah hangus dan bangunannya rusak akibat penjarahan.
Penghijauan kota
Kesadaran atas penghijauan bagi masyarakat Sulawesi tengah pada umumnya sangat baik, hal tersebut nampak pula di Kota Poso. Hampir disemua rumah memperhatikan penghijauan dan penanaman tanaman hias. Jenis tanaman hias yang rata-rata ada hampir disetiap halaman rumah adalah Aglonema, Euporbia, Caladium dan Bougenvilia berbagai warna dan sebagainya . Ruang terbuka Hijau di kota Poso masih sangat ideal. Sehingga apabila kta berjalan kaki keliling kota masih terasa nyaman. Bahkan pohon kakao juga ada yang ditanam dihalaman rumah, halaman yang digunakan untuk menjemur buah kakao juga dapat dijumpai di beberapa tempat di kota Poso, pemandangan tersebut merupakan pencerminan dari karakteristik masyarakat yang sebagaian bekerja di sektor perkebunan.
Wilayah pantai dipinggir kota kearah lapangan udara merupakan perbaduan unsur alam yantara air laut yang biru, hutan bakau, pohan kelapa yang subur menjulang tinggi, betul betul indah dan menawan.
Nuansa Bali di Poso
Dari Arah kota palu Sejak memasuki jalur trans Sulawesi, sampai di Tolai, Sausu, Tambarana di kiri kanan jalan banyak rumah dengan halaman besar yang dibangunan dengan arsitektur bali sesekali terlihat Pura Bali yang megah. Mereka asalnya warga transmigrasi asal bali. Setelah mereka sukses banyak yang pindah ketepi jalan besar.
Pada umumnya permukiman etnis bali mengelompok baik yang dipinggir jalan besar maupun yang jauh dari jalan besar. Sehingga nuansa balinya semakin kelihatan mencolok.
Ternyata di Kabupaten atau kota Poso terdapat 3 agama yang masing masing ikut mewarnai arsitektur kota Poso, mayoritas penduduk Poso Beragama Islam. Bangunan masjid dan Gereja nampak dibeberapa tempat namun juga tidak sulit untuk mendapatkan pura bali antara lain Pura Agung “Surya Janah” di desa Batalemba kec Poso Pesisir. Pada hari tertentu misal hari raya Galungan Pura, di pura Hindu Poso juga diadakan upacara keagaman seperti di pulau Bali.
Sehingga warga Poso yang berdarma wisata ke Bali mungkin tidak asing lagi bila menyaksikan rumah dan pura di Bali.
Saat ini sudah ada penerbangan dari Palu ke Poso pada hari tertentu. Fasilitas lapangan udara sederhana juga sudah tersedia di Poso. Dengan demikian kunjungan wisatawan maupun pedagang ke Poso dapat semakin intensif dan meningkat, agar rahabilitasi dan perkembangan kota dapat terlaksana secara cepat dan rancak. Karena saat ini masyarakat sudah menyadari bahwa kerusuhan menyebabkan kehancuran dan kemunduran, mereka mendambakan pembangunan di segala bidang. Meskipun ada juga segolongan orang yang berfikiran terlalu ekstrim yakni mendambakan pemekaran wilayah, dalam arti mengusulkan agar Propinsi Sulawesi Tengah di bagi menjadi 2 propinsi. Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Timur dengan Poso sebagai ibukotanya. Wacana ini bukan merupakan rahasia karena setiap orang dapat langsung membaca pada baliho besar yang diletakkan di permpatan jalan utama di kota Poso.
Dengan adanya kebebasan menyatakan pendapat tersebut, semakin tercermin bahwa demokrasi di Indonesia semakin sehat, asal semua keinginan sesuai jalur hukum dan tidak bersifat pemaksaan sefihak. Perkembangan situasi keamanan di Poso menunjukkan bahwa era kerusuhan telah berlalu. Masyarakat semakin sadar bahwa karagaman etnis, budaya, agama merupakan karakteristik Indonesia. Sesuai semboyan Negara Kesatuan republik Indonesia Bhineka Tunggal Ika. Upaya untuk peningkatan kualitas dan kuantitas kehidupan di kota Poso juga nampak pada semboyan yang dicanangkan oleh bupati Poso Drs Piet Ingkiriwang MM, yakni: CITRA: Cantik, Indah, Tertib, Ramah dan Aman. Semboyan tersebut terpampang di segenap penjuru kota

Saguer, Legen dari Tentena.
Mengunjungi kota Poso tentu tidak akan lengkap kalau tidak ke Tentena yang terletak di daerah pegunungan di tepi danau Poso, dari danau yang indah berwarna biru lazuardi tersebut mengalir sungai Poso yang bermuara di pantai Imbo di kota Poso. Jarak kota Poso dan Tentena sekitar ….. km melalui jalan trans sulawesi, melewati berbukitan dengan panorama kebun dan hutan yang hijau sesuai dengan sebutan negara kita zamrud di katulistiwa.
Kota tentena memiliki iklim pegunungan yang sejuk. Dengan suasana kota yang tenang dengan karakter yang khas terletak di tepi danau Poso dan kota dibelah oleh sungai yang Poso yang jernih sekali . Dengan jelas kita bisa melihat dasar sungai dan ikan yang ada di sungai tersebut. Pada tepi sungai nampak beberapa rumah yang dibangun langsung di atas air lengkap dengan keramba unuk memelihara ikan .
Paniki (Daging Kelelawar).
Seperti pada umumnya kota kecil, maka pasar merupakan pusat aktivitas kota. Kita bisa membeli berbagai sayuran ikan, dan berbagai jenis daging antara lain Kelelawar baik yang masih hidup mupun yang sudah mati yang disebut Paniki seperti yang dijual di pasar pasar di kota Manado . Karena Tentena terletak antara Manado dan Makassar maka selain terdapat makanan yang mirip Manado seperti “Paniki”. Juga ada makanan seperti yang lazim di jual di Makassar “Coto” bedanya kalau di Makassar dimasak dengan bahan daging sapi, di Tentena menggunakan daging babi tetapi konon bumbu dasarnya mirip, dan bagi yang menyukai sama sama terasa nikmat….mak nyussss . apalagi kalau disantap saat perut terasa lapar. Sesuai kata mutiara dlm bahasa Jerman. “ Hunger ist der Beste Koch”, artinya rasa lapar adalah koki (juru masak) yang paling hebat.
Sarana angkutan dari kota Tentena ke wilayah sekitarnya menggunakan mobil stasion Daihatsu atau Colt. Uniknya barang penumpang diletakkan di atas dan berbagai barang dicampur. Misal kelapa, koper, kotak karton berisi Mie Instant, babi hidup dibungkus karung plastik dan hanya terlihat hidungnya.
Fasilitas Wisata bertaraf Nasional.
Dari pusat kota Tentena dengan berjalan kaki atau dengan sepeda motor kita bisa segera sampai ketepi danau Poso. Ditepian danau Poso terdapat berbagai fasilitas rekreasi. Pengunjung bisa menyewa perahu dayung, ban untuk berenang. Jalan jalan ditepi danau atau mengunjungi patung Yesus di kayu salib yang terletak di hutan ditepi danau dan sebagainya. Bagi wisatawan yang ingin bermalam ditepi danau tersedia beberapa hotel yang bersih, asri dengan pandangan yang mempesona ke arah danau Poso.
Fasilitas wisata bertaraf nasional yang sangat megah adalah komplek bangunan yang terletak ditepi danau Toba, terdiri dari bangunan dengan gaya arsitektur “vernacular” khas Sulawesi Tengah dengan bahan bangunan yang alami. Terdiri dari beberapa gedung antara lain anjungan dari tiap kabupaten di propinsi Sulawesi Tengah, gedung serba guna dsb. Kompleks bangunan tersebut sedianya diperuntukkan bagi festival danau Toba yang sesuai rencana saat diresmikan semestinya diadakan pada bulan Agustus secara teratur setiap tahun untuk menarik wisatawan nasional dan manca negara.
Namun saat ini kompleks bangunan tersebut untuk sementara tidak dipergunakan untuk keperluan wisata, tetapi untuk menampung keluarga pengungsi akibat kerusuhan. Kondisi bangunan yang megah dan representativ tersebut nampak memerlukan perhatian dan perawatan dari pemerintah daerah serta dikembalikan fungsingya sbg fasilitas wisata. Mengingat iklim atau suasana lingkungan yang sudah kondusif, aman dan damai di Poso, Tentena dan sekitarnya.
Memperhatikan kampung-kampung di dalam dan di sekitar kota Tentena mengingatkan kita pada kampung “Dorf” di Jerman. Karena setiap lingkungan permukiman nampak ada fasilitas ibadah Gereja dengan menara yang menjulang tinggi yang nampak jelas dari kejauhan.
Ikan Sogili dan Saguer
Apabila kita sudah berada di Tentena jangan sampai terlewatkan menikmati hidangan khas antara lain ikan Sogili yang dimasak dengan bumbu khas Tentena digoreng atau dibakar ditemani dengan saguer di jawa disebut ‘Legen’ minuman manis segar dari pohon Enau, di tepi danau kita sering menjumpai petani yang memikul saguer yang baru diambil dari atas pohon enau.
Setelah menyaksikan keindahan alam dan lingkungan, dalam hati kecil timbul keinginan untuk berlama lama tinggal di Tentena menikmati pemandangan danau Poso dan landskap disekelilingknya yang sangat mempesona, dari atas balkon “Lake view Hotel”. Sambil menikmati kelezatan aneka masakan khas setempat, antara lain ikan sogili bakar dengan segelas saguer segar sambil menghirup udara pegunungan yang sejuk dan bebas polusi.
(Dr.-Ing. Ir. Gagoek Hardiman. Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang).

selanjutnya......

GORONTALO


Naik Bentor Keliling Serambi Madinah

"edited version" telah dimuat di Harian umum SUARA MERDEKA Jawa Tengah edisi Minggu hal 32 pada tgl 5 Austus 2007
oleh:Gagoek Hardiman

Kota Gorontalo atau dalam bahasa setempat disebut “Hulondhalo” ternyata memiliki landsekap yang menarik, terletak di Teluk Tomini, lahan kota terdari dari kawasan datar dan perbukitan, antara bandar udara “Djalaludin” dan kota terdapat danau Limboto. Dari pagi sampai malam jalanan dipenuhi oleh kendaraan khas “Bentor”. Sejarah budaya yang kuat nampak terefleksi antara lain pada bangunan adat, masjid tua, benteng Otanaha.



Budaya Islam yang kuat menyebabkan Gorontalo di sebut Serambi Madinah oleh masyarakat setempat. Sebagai propinsi muda pembangunan nampak sangat gencar antara lain pusat pemerintahan di atas bukit. Sebagai gerbang masuk dari bandara menuju kota Gorontalo kita disambut tugu raksasa yang terletak ditengah perempatan jalan yang mengingatkan kita pada menara “Eifel” di Paris.
Bis sebagai sarana transportasi “Serba Guna”.

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Tentena, Poso, Parigi Moutong sampai ke Gorontalo, menggunakan bis antar propinsi merupakan sensasi yang sangat menarik sekali. Bis pada jalur Trans Sulawesi tentu lain dengan bis di Jawa, karena selain mengangkut penumpang juga mengangkut barang antara lain sepeda motor pada bagian belakang bis, sekali angkut bisa 4 sepeda motor, pada umumnya sepeda motor baru merk terkenal seperti Tiger, Yupiter, Shogun dsb. bagian atas dipenuhi barang antara lain seperangkat meja kursi tamu lengkap, bagian dalampun juga penuh barang, kadang kadang kaki harus ditekuk keatas karena bagian bawah jok sudah dipenuhi barang..
Sepanjang perjalanan kita bisa menikmati pemandangan kebun coklat, kelapa yang sangat subur. Mulai dari Parigi Moutong provinsi Sulawesi Tengah sampai Tilamuta Provinsi Gorontalo bis melaju menyusuri jalan ditepi pantai teluk Tomini yang indah. Sebelah barat trans Sulawesi nampak panorama bukit dengan hutan alam habitat binatang langka yang hanya terdapat di Sulawesi, antara lain burung Maleo dan Anoa.
Menara “Eifel Gorontalo”.
Perjalanan masuk ke kota Gorontalo dari Provinsi Sulawasi Tengah melalui jalan trans sulawesi akan disambut dengan Menara yang mengingatkan kita pada menara Eifel di Paris. Mungkin obsesi untuk “Go Internasional” menginspirasikan Bupati Gorontalo saat itu Acmad Hoesa Pakaya untuk membangunan menara “Keagungan” pada th 2002 yang oleh sebagaian masyarakat Gorontalo diplesetkan menjadi “Menara Keangkuhan”
Menara tersebut dilengkapi dengan lift untuk turis atau masyarakat yang hendak menikmati pemandangan dari puncak menara. Konsep pembangunan menara tersebut antara lain disewakan sebagai sarana untuk meletakkan jaringan Telepon seluler, Televisi dsb, serta mendapatkan pemasukan dana melalui retribusi dari masyarakat atau turis yang naik menggunakan lift keatas menara. Sebagai Propinsi baru memang Gorontalo harus terus berbenah diri agar dapat menarik minat turis lokal dan mancanegara. Karena asset yang dimiliki oleh Provinsi Gorontalo cukup menjanjikan antara lain, teluk Tomini, benteng Otanaha di tepi danau Limboto. Dengan slogan “Duio ito momongu ipu” yang artinya Mari kita bersama membangun daerah”. Mudah mudahan derap pembangunan Prov Gorontalo akan mencapai hasil sesuai target yang direncanakan.
“Serambi Madinah”.
Berdasarkan UU no 38 th 2001, provinsi Gorontalo terpisah dari Provinsi Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi Gorontalo 12.215,45 km2. Sebagai salah satu provinsi muda, Gorontalo terus berbenah diri salah satu gebrakan yang mencolok adalah pembangunan pusat pemerintahan di daerah perbukitan. Sesuai dengan sebutannya sebagai serambi Medinah maka bangunan pemerintahan yang dibangun antara lain kantor Gubernur dan DPRD, pada bagian atapnya dilengkapi kubah. Seperti pusat pemerintahan Malaysia di Putrajaya, dimana beberapa bangunan di beri atap kubah sbg simbolisasi pemerintahan yang bernuansa Islam.
Pengembangan pusat pemerintahan ini direncanakan oleh arsitek putra daerah Sulawesi Danny Pomanto. Langkah yang diambil cukup berani mengingat daerah untuk pusat pemerintahan ini terletak dibukit yang terjal sehingga memerlukan penataan tanah (site developmnent) yang ekstrim selain itu persis seperti perencanaan kompleks Garuda Wisnu Kencana di Bukit Jimbaran Bali, air bersih harus dinaikkan secara mekanis dari kota bawah. Diwaktu malam pemandangan yang terlihat dari halaman kantor Gubernur mengingatkan kita pada panorama kota bawah Semarang dari bukit tugu Tabanas Gombel atau panorama kota Brisbane Australia dipandang dari atas bukit “mount Kota”, sangat indah sekali baik siang maupun malam hari. Dari lokasi tersebut kita bisa menyaksikan sungai Bone yang membelah kota dan bermuara di Teluk Tomini, dikejauhan nampak pula danau Limboto.
Apabila kita mengenal kota Banda Aceh sebagai “Serambi Mekah”, maka kota Gorontalo oleh masyarakat setempat diberi julukan sebagai “Serambi Madinah”. Hal tersebut kemungkinan didasarkan sejarah Islam yang sangat kuat, sebagaian besar penduduk beragama islam. Saat ini gubernur Gorontalo Fadel Mochamad berasal dari etnis Arab, beliau dinilai masyarakat banyak membawa kemajuan pada propinsi muda Gorontalo. Dapat dikatakan Gorontalo merupakan salah satu provinsi teraman, terdamai di Indonesia kehidupan antar umat beragama kelihatan sangat baik. Selain masjid di kota Gorontalo dapat kita jumpai pula gereja, vihara, klenteng. Angka kriminalitas juga relatif sangat kecil.
Bundaran HI sebagai tetengar (Landmark) pusat kota Gorontalo.
Apabila pada bundaran HI Jakarta ada tugu selamat datang dengan patung lelaki dan wanita mengacungkan rangkaian bunga. Maka di pusat kota Gorontalo juga terdapat bundaran HI atau Hulondhalo Indah, yang juga dilengkapi dengan sejoli yang menyambut kita dengan melambaikan selendang. Hulondhalo adalah sebutan Gorontalo sesuai bahasa setempat. Apabila dicermati disamping patung terdapat 3 tiang lampu yang unik. Seperti untaian permata, ternyata ornamen tiang tersebut merupakan visualisai dari gula aren yang di bungkus daun dan diikat secara berurutan. Ornamen tersebut dinamakan “Pahangga” merupakan salah satu ciri khas kota Gorontalo dipakai sebagai ornamen interior bangunan adat, sebagai umbul-umbul kalau ada keramaian dan juga digunakan sebagai ornamen puncak atap masjid.
Menurut ketua jurusan arsitektur Universitas Negeri Gorontalo, untuk nama daerah dulu pernah direncanakan menggunakan sebutan sesuai bahasa setempat namun karena banyak warga Gorontalo yang berasal dari luar daerah antara lain dari Jawa kurang fasih melafalkan kata “Hulondhalo” maka akhirnya ditentukan sebutan kota adalah Gorontalo.
Bundaran “HI”, dilewati oleh poros utama kota Gorontalo yang menghubungkan kampus Universitas Negeri Gorontalo dan alun-alun didepan rumah dinas Gubernur. Ditengah tengah alun alun berdiri patung Nani Wartabone tokoh pahlawan perjuangan yang pada tanggal 23 januari 1942 telah mengibarkan bendera merah putih dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya di Gorontalo.
Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Bangunan Ibadah yang representativ di Gorontalo adalah Mesjid Baiturrahim, salah satu mesjid tertua di daerah Gorontalo. Meski mayoritas penduduk Gorontalo beragama Islam iklim kerukunan antar agama terasa sangat kondusif.
Disamping bangunan Ibadah di Gorontalo juga banyak dijumpai bangunan Adat, sesuai catatan sejarah sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a".
Dahulu apabila keluarga kerajaan mengadakan musyawarah, aktifitas tersebut dilaksanakan di Dulohupa, yaitu bentuk rumah panggung yang terbuat dari papan, dengan bentuk atap spesifik daerah gorontalo. Pada bagian balakang ada ajungan tempat para raja dan kerabat istana untuk beristirahat atau santai sambil melihat kegiatan remaja istana bermain sepak raga, rumah adat dilengkapi dengan taman bunga dan sebuah bangunan garasi bendi kerajaan yang bernama talanggeda.
Saat ini kita masih bisa melihat rumah adat tersebut baik di kabupaten Gorontalo maupun di kota Gorontalo. Pada gerbang bangunan adat kita disambut dengan tulisan “Siladia Dulohupa Lo Ulipu “Hulondhalo” yang artinya: Tempat bermusyawarah untuk urusan Daerah Gorontalo”.
“Jejak Telapak Kaki Leluhur” di Teluk Tomini
Sangatlah lazim apabila terdapat “legenda” yang menarik pada tiap daerah di Indonesia. Percaya, tidak percaya di tepi pantai terdapat bongkahan batu besar menjorok ke tepi jalan. Masyarakat mempercayai bahwa lekukan yang terlihat pada permukaan batu tersebut adalah jejak telapak kaki “Lahilote” nenek moyang orang Gorontalo.
Lansekap kota Gorontalo apabila diamati dari laut nampak sangat khas. Diapit oleh dua bukit dan diantara dua bukit tersebut terlihat kota Gorontalo yang dibelah oleh sungai Bone. Hal yang unik dari kedua buah bukit ini adalah, struktur tanah pada bukit sebelah barat merupakan batu yang keras, sedangkan bukit sebelah timur merupakan tanah biasa.
Penataan kota di pantai sesuai dengan konsep “waterfront City”. Jalan dipinggir pantai merupakan prasarana untuk menikmati pemandangan ke Teluk Tomini. Apabila ditata dengan lebih baik maka kawasan tepi pantai akan dapat berperan seperti “boulevard” di sepanjang tepi pantai Manado. Pada pagi sanpai sore hari dapat kita jumpai aktifitas pelabuhan barang dan penumpang yang memainkan peranan penting dalam segi ekonomi. Pada senja dan malam hari sepanjang pantai terdapat café sebagai tempat berkencan kaum remaja, ada pula remaja putri yang menunggu pria yang memerlukan teman kencan. Café di sepanjang pantai disebut dego- dego.
“Bentor” angkutan khas GORONTALO.
Apabila kita ingin menikmati kota Gorontalo dengan jalan kaki dan sewaktu waktu merasa lelah, maka alternatif yang dapat kita pilih adalah naik bendi berkuda atau naik bentor dengan tarif yang relatif jauh lebih murah dari pada becak di Jawa.
Bentor atau becak motor merupakan kendaraan yang khas Gorontalo. Meskipun di Aceh, Medan, Pematang Siantar dan kota kota lain di Sumatra ada becak motor namun modifikasinya sangat beda. Bentor di Gorontalo dibuat mirip becak penumpangnya tidak disamping tetapi didepan. Tidak perlu diherankan apabila Bentor sebagai angkutan umum sekaligus dapat memuat 5 penumpang, di depan suami istri dengan 2 anak kecil dan di belakang pengemudi masih bisa membonceng seorang pembantu rumah tangga. Tidak jarang pula pada pekerjaan proyek bangunan pengangkutan material bangunan seperti semen, tegel dsb memanfaatkan jasa bentor, karena masih lebih murah dari pada menyewa truk.
Bentor merupakan angkutan kendaraan bermotor untuk umum yang bersifat non formal tidak mendapatkan lisensi dari dinas perhubungan Gorontalo. Namun sudah terlanjur berkembang ratusan atau mungkin sudah beberapa ribu di propinsi Gorontalo. Uniknya tidak semua memiliki Surat Ijin Mengemudi. Dari segi keamanan menurut pakar dari Universitas negeri Gorontalo. Bentor tidak memenuhi persyaratan kendaraan angkutan umum. Karena dengan adanya modifikasi tersebut, rem hanya tinggal untuk roda belakang saja. Namun keberadaan Bentor sudah sangat diterima dan dibutuhkan oleh masyarakat, antara lain untuk angkutan darurat bagi orang sakit atau wanita yang hendak melahirkan menuju Puskesmas, untuk antar jemput anak sekolah, pegawai negeri serta karyawan swasta dsb. Dapat dikatakan karena siang malam bentor nampak hilir mudik di kota dan seluruh bagaian provinsi. Maka selain disebut sebagai “serambi Madinah” sebutan lain untuk kota Gorontalo adalah “kota Bentor”.
Konon apabila ada penertiban Surat Ijin mengemudi untuk Bentor, maka ribuan bentor berdemonstrasi sehingga aparat dinas perhubungan dan polisi lalu lintas kewalahan.
Bentuk fisik dasar bentor sudah ada keseragaman, meskipun belum dipatenkan dan belum jelas siapa penemunya, perbedaaan terdapat pada warna, lukisan serta asesoris. Bahkan banyak yang dilengkapi dengan “sound system” sehingga saat melaju dijalan raya terdengar suara musik yang hingar bingar. Beberapa Bentor bahkan ada yang dilengkapi “sound system” seharga lima juta rupiah lebih. Musik tersebut dibunyikan dengan keras baik saat berjalan maupun saat parkir. Rupanya tingkat toleransi masyarakat terhadap musik dari bentor tersebut sangat tinggi, bahkan masyarakat termasuk penulis justru dapat menikmati, lagu yang diperdengarkan antara lain lagu “ndank ndut’ yang berjudul “Kucing garong”, nampaknya lagu tersebut merupakan salah satu lagu favorit pengendara bentor.
Beberapa bentor yang mengantar mahasiswa dari tempat pondokan ke kampus Universitas Negeri Gorontalo pada bagian atap ada yang dilengkapi tulisan. Fakultas Teknik Universitas negeri Gorontalo dengan moncolok, namun jangan salah terka bentor tersebut bukan milik universitas namun pencantuman tulisan tersebut murni inisiatif pengemudi bentor agar lebih nampak trendi dan keren.
Teknik modifikasi bentor ternyata terus dikembangkan, saat ini ada beberapa yang dilengkapi dengan setir mobil dan pedal rem, gas, kopling seperti layaknya mobil, pada roda depan kiri dan kanan juga ada yang ditambah rem cakram. Pertanyaan yang muncul sampai kapan dinas perhubungan dapat mentolerir status bentor yang nonformal bahkan dapat disebut ilegal apabila dikaitkan dengan undang undang/ peraturan lalu lintas dan keselamatan penumpang bagi kendaraan umum bermotor.
Dapat dikatakan saat ini di Indonesia Bentor hanya ada di wilayah provinsi Gorontalo. Namun beberapa daerah di luar Gorontalo sudah memesan puluhan box bentor dari Gorontalo, hanya saja belum dapat dioperasikan, karena terkendala masalah perijinan. Sebagai contoh untuk seluruh wilayah propinsi Sulawesi Utara. Meskipun berbatasan langsung dengan propinsi Gorontalo, tidak ada satu bentorpun yang nampak di jalanan. karena Dinas perhubungan propinsi Sulawesi Utara sangat tegas dalam menerapkan larangan Bentor sebagai kendaraan bermotor untuk umum. Apabila aparat dari dinas Perhubungan atau polisi lalu lintas memergoki ada seseorang yang mencoba mengendarai bentor maka box depan (tempat penumpang) langsung dilepas dan dibuang kelaut.
Disamping bentor kendaraan umum tradisonal yakni kereta kuda, yang sebelum era bentor merupakan angkutan utama dalam dan antar kota, masih banyak dijumpai di kota Gorontalo maupun diluar kota. Merupakan pemandangan biasa saat ini kalau kita melihat tempat parkir bentor menyatu dengan parkir kereta kuda atau bendi. Terutama di kawasan perdagangan.
Benteng OTANAHA di dekat danau Limboto sbg pertahanan suku atas dari serangan suku bawah.
Tidak jauh dari kota Gorontalo terdapat danau Limboto. Saat jalan darat masih belum memadai, apabila presiden Sukarno mengadakan kunjungan ke Gorontalo selalu menggunakan pesawat amphibi yang mendarat di danau Limboto. Sampai saat ini pesanggarahan di samping danau yang merupakan tempat transit presiden Soekarno presiden pertama RI dilestarikan dan dirawat dengan baik sebagai museum. Di dalam museum tsb perabotan asli tetap dipertahankan disamping itu terdapat foto-foto dan koleksi buku presiden Soekarno. Selain keindahannya Danau Limboto juga merupakan habitat ikan air tawar, sebagai salah satu sumber mata pencaharian masyarakat, dibeberapa tempat ditepi danau banyak terlihat keramba.
Disebelah selatan Danau limboto terdapat bukit, diatasnya terdapat 3 buah benteng, lokasi benteng tersebut ditinjau dari segi topografi sangatlah strategis. Sehingga banyak dikunjungi masyarakat lokal maupun luar daerah. Untuk mencapai benteng tersebut dari kaki bukit dapat melalui tangga yang disebut tangga 2000. Tentu saja jumlah tangga tidak persis 2000 namun angka tersebut menunjukkan betapa banyaknya anak tangga yang harus dilewati untuk mendaki bukit sampai ke lokasi benteng. Namun pengunjung juga dapat menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat melewati jalan curam yang berkelok kelok sampai kepelataran parkir di atas bukit. Menurut arsitek yang melaksanakan disain tata bangunan dan lingkungan benteng Otanala Ir Harley Rizal Lihawa MT. Benteng yang sekarang ada memang dibangun oleh Portugis. Namun berdasarkan penelitian ditemukan pondasi benteng yang merupakan benda kuno. Sehingga berdasarkan oleh ahli purbakala disimpulkan bahwa sebelum Portugis datang, pada lokasi benteng pernah dibangunan semacam benteng yang digunakan oleh suku atas yang tinggal di perbukitan untuk menghalau suku bawah yang berasal dari sekitar danau limboto. Sahih atau tidaknya pernyataan tersebut semakin menambah daya tarik Benteng Otanala. Dari benteng yang terletak di atas bukit tersebut dapat dinikmati panorama danau limboto yang indah dan di kejauhan nampak pula kota Gorontalo.
Wisata Teluk Tomini
Untuk wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkocek tebal, obyek wisata laut eksklusif di Teluk Tomini terdapat di kepulauan Togian merupakan salah satu pilihan sebagai obyek tujuan wisata, obyek tersebut dilengkapi dengan fasilitas diving, spa dsb, mirip dengan obyek wisata laut Bunaken di provinsi Sulawesi Utara. Secara administratif kepulauan Togian terletak di provinsi Sulawesi Tengah tetapi pencapaian dari Palu ibu kota provinsi Selawesi Tengah justru melewati route yang panjang dan relativ lama. Pencapaian dari kota Gorontalo dengan Kapal/ boat justru lebih mudah, cepat dan praktis. Untuk menikmati obyek wisata laut tersebut wisatawan dapat pula memilih hotel di kota Gorontalo sebagai “base camp”. Karena sejak Gorontalo menjadi propinsi tersendiri, pembangunan hotelpun berkembang pesat, saat ini sudah ada hotel Quality berbintang 3 dikota Gorontalo.
Etnis Jaton.
Mereka merupakan keturunan masyarakat Jawa yang dibuang oleh Belanda ke Sulawesi bersamaan dengan pengasingan Pangeran Diponegoro. Disebut Jaton atau Jawa Tondano, karena pada awalnya masyarakat Jawa tersebut dikirim ke Tondano dan menikah dengan masyarakat setempat, kemudian menyebar sampai ke Gorontalo. Kehidupan Etnis Jaton ini pada umumnya sangat makmur dengan mata pencaharian utama dari perkebunan Coklat dan Kelapa. Bahasanyapun sudah merupakan bahasa campuran antara bahasa Jawa dan bahasa Tondano, sehingga apabila mereka menggunakan “dialek Jaton” orang Jawa tidak dapat memahami demikian pula sulit dimengerti oleh masyarakat Tondano. Kesuksesan mereka tercermin dari kondisi rumah yang pada umumnya memiliki beberapa sepeda motor baru dan mobil serta memiliki tanah atau kebun yang cukup luas.
Perkampungan Jaton di desa Reksonegoro kecamatan Tibawa kabupaten Gorontalo mudah dikunjungi karena lokasi terletak dekat dengan bandara Djalaludin.
Bagi para turis yang mengunjugi Gorontalo ada beberapa tradisi etnis Jaton yang cukup menarik untuk disaksikan, antara lain balap kereta sapi. Hampir mirip dengan kerapan sapi madura. Tetapi kalau karapan sapi madura tanpa kereta dan tanpa roda . Balap sapi Jaton dilengkapi dengan kereta kecil dan roda ditarik oleh dua sapi. Balap kereta sapi ini masih terbatas pelaksanaannya hanya 1 kali setiap tahun, yakni pada waktu lebaran ketupat tujuh hari setelah lebaran 1 syawal.
Tentu saja disamping obyek wisata yang telah diuraikan masih ada pula sensasi atau pesona yang lain di daerah Gorontalo. Bagi pembaca yang suatu saat mungkin berkunjung ke Gorontalo akan dapat melakukan eksplorasi potensi wisata, sesuai dengan selera dan motivasi kunjungan, yang pasti akan dapat menambah dan memperluas wawasan Nusantara.
Menikmati lezatnya Binte Biluhuta dan ikan Payangga.
Disamping kondisi alam dan lingkungan yang menarik. Ternyata Povinsi Gorontalo memiliki potensi kerajinan tradisional dan makanan khas. Kerajinan Bordir yang sebelumnya merupakan industri yang erat kaitannya dengan kota Manado, ternyata pusat produksinya banyak terdapat di Gorontalo. Demikian pula makanan khas dari sagu yang disebut Bagea banyak diproduksi di Gorontalo. Karena kota Gorontalo terletak di tepi teluk Tomini dan dekat dengan danau air tawar maka sekaligus terdapat banyak rumah makan ikan laut dan ikan air tawar. Selain itu terdapat berbagai makanan khas seperti “Binte Biluhuta” sup jagung yang di campur dengan parutan kelapa muda, ikan tuna dan irisan jantung pisang, dapat dimakan dengan sambal “dabu-dabu” yang terbuat dari air dicampur minyak kelapa irisan tomat, cabe dan bawang merah rasanya sedap sekali. Belum lengkap rasanya apabila kita di Gorontalo tidak mencicipi “Binte Biluhuta” yang merupakan makanan kebanggaan masyarakat Gorontalo. Hanya saja perlu diketahui masyarakat Gorontalo sangat menggemari makan yang serba pedas.
Mengingat kota Gorontalo berada di tepi teluk Tomoni, maka tempat makan yang menawarkan masakan ikan laut terdapat hampir di setiap sudut kota. Bahkan di dalam kampuspun misal di “Tumbango Café” kampus Arsitektur Fak. Teknik Univ. Negeri Gorontalo, adalah pemandangan biasa apabila kita melihat mahasiswa memesan nasi putih dengan ikan bakar sebagai menu makan siang. Selain ikan laut dapat pula kita nikmati aneka makanan dengan bahan dasar ikan air tawar yang berasal dari danau Limboto, antara lain Mujair, Nila, Payangga, diolah dengan berbagai cara antara lain goreng, bakar atau pepes. Kita bisa menikmati aneka masakan ikan air tawar di rumah makan yang sangat representatif dengan disain kreatif dan artistik, yang dibangunan menggunakan bahan dari kayu, bambu dengan atap rumbia. Nama tempat makan tersebut “Miranti” terletak di kawasan Kabila.
Apabila di kota Solo Jawa Tengah kita dapat mencari kedai makan dan minum sampai 24 jam. Ternyata di Gorontalo juga demikian di tengah malam atau di pagi buta kita juga dapat menikmati berbagai makanan di “Pasar Jajan”. Tempat makan di pasar tersebut dilengkapi dengan konstruksi beratap dengan sistem ruang terbuka terletak di Kampung Cina. Disini terdapat banyak kios yang menawarkan berbagai makanan dan minuman khas Gorontalo.
Tempat minum kopi dan teh yang khas dan sangat terkenal di kota Gorontalo bernama “Kedai Bersehati” terletak di kawasan ”pasar Keramat”. Biasanya pelanggan di kedai tersebut berbincang bincang dengan pokok pembicaraan tentang politik, pembangunan, kebijaksanaan pemerintahan propinsi dan kota Gorontalo dll. Para pelanggan kedai ini terdiri dari berbagai lapisan tokoh masyarakat, mulai dari tokoh tingkat RT sampai dengan tokoh partai politik, LSM dan anggota Dewan. Oleh karena itu kedai tersebut diberi julukan yang sangat menarik yakni DPRD tingkat 3. Lepas dari masalahah julukan tersebut, merupakan kenikmatan khusus apabila kita sempat mencicipi aneka minuman dan jajanan yang disajikan dan memperhatikan iklim demokrasi yang santai dari diskusi antar pelanggan tersebut.
“Bageak” kue khas Indonesia bagian timur yang terbuat dari Sagu dengan dicampur gula Aren serta media lain misal kenari. Ternyata juga banyak diproduksi di Gorontalo sebagai industri rumah tangga. Bageak sangat layak untuk oleh oleh.
Di pusat perdagangan tradisional kota Gorontalo kita dapat mendapatkan oleh oleh makanan khas Gorontalo. Apabila tidak ada waktu kita bisa dapatkan di kios yang terdapat di bandara.
Nasi kuning khas Gorontalo dengan lauk ikan air tawar kecil kecil dari danau limboto yang disebut ikan Payangga rasanya sangat enak dan gurih biasanya dicampur sambal tomat, dapat kita nikmati di warung yang berlokasi dipelataran bandara Djalaludin.
Setelah jalan jalan di beberapa kota Palu, Poso, Tentena, Parigi Moutong dan Gorontalo, akhirnya penulis meninggalkan Pulau Sulawesi dari Bandara Djalaludin Gorontalo dengan menyimpan kenangan yang indah dan harapan semoga suasana damai dan aman dari provinsi Gorontalo dapat mewarnai seluruh provinsi di NKRI.
Dr.Ing.Ir. Gagoek Hardiman
Dosen Arsitektur Fak Teknik UNDIP.

selanjutnya......

MASJID QISOS JEDDAH


MASJID QISHOS JEDAH
TAK SELAMANYA MENGERI KAN
.
("edited version telah dimuat di Harian Umum Suara Merdeka JAWA TENGAH edisi Minggu. tgl 9 Maret 2008 hal 13)
Oleh: Gagoek Hardiman

Sebagai negara dengan umat muslim terbesar di dunia, dapat dimaklumi kalau jemaah haji dari Indonesia dengan jumlah sekitar 205 ribu orang merupakan jemaah haji terbanyak. Dengan demikian banyak masyarakat Indonesia yang sudah berkunjung ke Saudi Arabia, dalam rangka ibadah Haji, Umroh maupun tujuan lain.


Berbagai masjid sudah sangat dikenal oleh warga negara Indonesia baik yang telah berkunjung langsung, atau mendapatkan informasi dari berbagai media cetak, televisi dan sebagainya. Beberapa masjid di Arab Saudi yang sangat dikenal masyarakat Indonesia antara lain: Masjidil Haram, masjid Kucing, masjid Jin di Mekkah; masjid Nabawi, masjid Quba, masjid Qiblatain di Madinah. Sedangkan di Jeddah masjid yang sering di kunjungi oleh jemaah Haji maupun Umroh dari Indonesia adalah masjid Qisosh yang terletak di pusat kota dan masjid terapung di laut Merah.

Masjid Qisosh sangat unik dan menarik karena masjid tersebut merupakan salah satu tempat pelaksanaan hukum pemotongan sebagaian anggota tubuh atau pemenggalan yang dilaksanakan di depan umum. Ditambah dengan lokasi yang sangat strategis karena terletak di tepi danau yang indah, disamping taman kota yang asri, serta dekat dengan lokasi bangunan-bangunan kuno yang dilestarikan, serta dekat pula dengan pusat perbelanjaan Balad.

Pendopo tempat eksekusi di halaman Masjid Qisosh.

Sesuai dengan sebutannya, di halaman masjid Qisosh secara periodik dilaksanakan eksekusi terhadap narapidana berdasarkan hukum Islam yang diterapkan secara ketat di Arab Saudi. Eksekusi biasanya dilaksanakan pada hari Jum’at.

Pada tahun 2007 jumlah hukuman pancung kepala di seluruh Saudi Arabia tercatat 153 orang. Dengan perasaan duka dan haru, terpaksa kita juga mendengar berita yang memilukan bahwa pada awal tahun 2008 ini eksekusi pemancungan yang kedua di Arab Saudi dijalanani oleh Yanti seorang TKW dari Indonesia di Propinsi yang terletak di barat daya kota Assir.

Kalau di Indonesia hukuman mati dilaksanakan di tempat yang sangat dirahasiakan dan sangat tertutup untuk umum. Sebaliknya di Arab Saudi justru dilaksanakan di tempat terbuka dan dapat disaksikan oleh khalayak ramai. Bagi kita bangsa Indonesia mungkin masih ngeri menyaksikan hukuman Qisosh. Namun bagi masyarakat disekitar masjid Qisosh Jeddah, hal tersebut merupakan pemandangan biasa. Tentu saja maksud dari pelaksanaan hukuman di tempat terbuka tersebut antara lain agar masyarakat takut berbuat jahat dan pelaku kejahatan jera mengulangi kesalahannya. Dalam proses pelaksanaan hukum pemotongan anggota tubuh di Arab Saudi, pelaksanaannya tetap memperhatikan aspek peri kemanusiaan. Setelah Narapidana dieksekusi sesuai hasil keputusan sidang pengadilan, misal pemotongan lengan, terpidana langsung diangkut dengan ambulan ke Rumah Sakit dan dirawat sampai 100% sembuh.

“No fotografi” dengan gambar kamera di coret merah dipasang dibeberapa tempat disekitar pendopo pelaksanaan eksekusi, tentu saja larangan tersebut dimaksudkan agar saat pelaksanaan hukuman pemenggalan sebagaian anggota tubuh terpidana, tidak ada yang mengambil foto. Diluar jadwal tersebut asal tidak ada askar (polisi Arab Saudi) yang melihat, apabila kita berani bisa dicoba untuk mengambil foto, tentu saja resiko ditanggung sendiri. Namun saat ada pelaksanaan eksekusi qisosh sama sekali jangan coba-coba memberanikan diri mengambil foto kalau masih menginginkan lengan tangan tetap utuh.

Lokasi Masjid Qisosh ini sangat strategis, lebih kurang 100m disebelah utara masjid, terdapat hotel Al Azhar berbintang empat. Hotel tersebut merupakan salah satu hotel yang ditempati oleh jemaah haji reguler Indonesia saat transit di Jeddah sebelum terbang kembali ke Indonesia. Tentu saja interior kamar tidur mewah tersebut diubah, dijejali dengan tempat tidur tambahan semaksimal mungkin. Sehingga 1 kamar dengan double bed yang mestinya untuk 2 orang saja, dipergunakan untuk untuk tidur 7-8 orang. Sebagaimana di Penginapan (maktab) Mekkah dan Madinah di halaman hotel dan halaman masjid Qisosh selalu kita jumpai pedagang makanan dan kue khas Indonesia yang menggelar dagangan ala kaki lima. Mulai dari krupuk, kacang hijau, tahu, tempe, sayur lodeh, nasi kuning, nasi goreng, nasi gurih, sate ayam, sate kambing dsb. Rata rata makanan dan jajanan khas Indonesia per bungkus/ per potong dijual seharga satu saudi real (1 SR). Kalau bosan makanan dari hotel atau maktab kita bisa langsung beli masakan tradisional Indonesia sesuai selera kita di sekitar hotel atau maktab..

Mengamati kawasan sekitar masjid Qisosh dikala tidak pada saat eksekusi. Kita akan mendapat kesan suatu kawasan yang sangat indah dan menarik. Karena disekitar lahan eksekusi tersebut terdapat danau yang sangat indah serta taman kota yang cantik menarik. Bahkan didekat masjid Qisosh tersebut terletak lokasi kota lama yang sangat indah dan pusat perbelanjaan Balad yang sangat diminati oleh wisatawan yang datang di kota Jeddah antara lain dari Indonesia yang menunaikan haji dan umroh di Mekkah dan Medinah sekaligus berwisata singkat di Jeddah saat menunggu kepulangan ke Tanah air dari “Airport King Abdul Azis” di Jeddah. Meskipun Bandara tersebut bertaraf internasional ratusan jamaah haji yang menunggu keberangkatan dipersilakan duduk santai “lesehan” diatas lantai. Suasana tersebut sangat kontras apabila di bandingkan dengan ruang tunggu di bandara Internasional di Frankfurt Jerman ataupun di Changi Singapura.

Lansekap sekitar masjid Kisos.

Taman Kota

Berkat kemajuan teknologi serta dana yang memadai, lansekap disekitar masjid Qisosh tidak lagi berupa gunung batu dan padang pasir khas Arab Saudi. Namun nampak bagai “taman firdaus” dengan berbagai pohon, tanaman bunga yang hijau segar dilengkapi air mancur yang indah mempesona. Penanaman pohon menerapkan teknologi canggih dengan beaya besar. Areal yang direncanakan untuk taman harus digali dan diisi dengan tanah yang didatangkan dari negara lain, sehingga sistem pelaksanaannya menyerupai pembuatan pot raksaksa. Mengingat curah hujan yang sangat kecil sesuai iklim tropis kering, prasarana irigasi untuk tamanpun sangat canggih, jaringan air dilengkapi keran untuk memancarkan air yang dapat menyiram setiap jengkal areal taman. Air untuk menyiram tanaman berasal dari air laut yang diproses menjadi air tawar. Jenis tanaman eksotis yang terdapat dalam taman hasil teknologi canggih tersebut, antara lain tanaman yang umumnya hidup didaerah tropis lembab misal. Kamboja (Plumeria acuminata), pohon kelapa (Cocos nucifera ), bunga kana (Canna indica), tapak doro (Catharantus roseus) dsb.

Taman di Jeddah pada umumnya dilengkapi dengan patung atau “sculpture”, namun sesuai dengan aturan yang berlaku, patung berwujud makhluk hidup baik binatang maupun manusia tidak diperkenankan. Taman di seberang jalan Masjid Qisosh juga dilengkapi dengan patung komposisi 3 kubah masjid yang nampak artistik dan berfungsi sebagai landmark atau tetenger lingkungan di sebelah barat masjid terdapat patung cangkang kerang laut yang terletak di tepi danau. Patung patung tersebut sangat jelas dipandang dari pendopo pelaksanaan eksekusi qisosh karena jaraknya hanya sekitar 50 m.

Salah satu patung di kota pelabuhan Jeddah yang paling terkenal di kalangan jemaah haji Indonesia adalah patung sepeda raksaksa yang tingginya lebih kurang 10 m. patung atau “sculpture” sepeda tersebut diperkenalkan kepada para jemaah haji yang berkeliling kota dalam rangka “city tour” sebagai “sepeda nabi Adam” tentu saja istilah tersebut hanya sebagai “plesetan” atau “joke”. Wisata keliling kota Jeddah menggunakan bis Mercedes baru dilengkapi dengan AC sudah termasuk paket ONH (Ongkos Naik Haji) sehingga sayang kalau dilewatkan. Obyek yang dikunjungi antara lain makam siti Hawa, laut Merah, Masjid terapung, sepanjang perjalanan kita bisa melihat berbagai taman yang indah dilengkapi dengan patung atau “sculpture” yang sangat atraktif dan dinamis. Namun bagi jamaah yang sudah sangat lelah setelah menunaikan ibadah haji reguler selama hampir 40 hari di Mekkah dan Madinah, lebih memilih istirahat di hotel berbintang empat dengan AC yang nyaman dan sejuk daripada mengikuti “city tour- gratis” tersebut.

Danau disamping masjid Qisosh

Keindahan suasana disekitar masjid Qisosh semakin lengkap karena di sebelah barat masjid Qisosh dan pendopo tempat eksekusi pemenggalan anggauta tubuh, terhampar danau yang sangat indah dengan warna biru lazuardi yang bening serta efek pantulan cahaya matahari yang keperak perakan. Keindahan lingkungan masjid Qisosh sangat sesuai bagi penyair yang mencari inspirasi untuk menciptakan puisi. Tepat dihalaman masjid disamping danau tersebut, ditawarkan pula kepada wisatawan yang datang kesempatan untuk naik onta yang dihias dengan sangat artistik sekaligus difoto dengan kamera langsung jadi dengan beaya 10 saudi Real. Apabila ongkos disepakati kita dapat pula naik onta mengelilingi danau, karena luasnya danau tentu saja ongkos akan sangat mahal sekali. Perahu dayung juga tersedia untuk menikmati keindahan panorama sekeliling danau. Siang hari temperatur udara di Jeddah cukup panas. Namun dengan adanya danau yang luas, maka secara psikologis suasana lingkungan terasa sejuk, nyaman dan segar.

Komposisi antara keanggunan masjid Qisosh, biru lazuardi air danau dan hijau jamrud taman kota, saling bersinergi secara positif membentuk fenomena lingkungan yang sangat menarik dan menawan hati. Sehingga fungsi pendopo di halaman masjid Qisosh yang pada hari jumat sering dipergunakan untuk eksekusi pemenggalan, terasa jauh dari kesan seram atau angker. Apalagi di sekitar pendopo banyak mukimin warga negara Indonesia yang sebagaian besar suku Madura, berjualan makanan nasi pecel, gado-gado, sate ayam yang langsung dibakar di tempat. karena masjid Qisosh merupakan salah satu obyek yang banyak dikunjungi oleh jemaah Haji Indonesia yang singgah di Jeddah..


ARTIKEL PENDUKUNG

Kota lama dan pusat perbelanjaan didekat masjid Qisosh.

Kota lama:

Setelah melewati taman kota yang indah disebelah selatan masjid Qisosh, kita langsung sampai ke gerbang kota lama Jeddah. Jarak gerbang kota lama dengan masjid Qisosh hanya sekitar 150m. Bangunan bangunan kuno yang sangat artistik dengan corak arsitektur tradisional Arab Saudi dan kehidupan sehari hari dari penghuninya dapat kita nikmati. Bangunan hunian dengan arsitektur tradisional Arab dipenuhi dengan ornamen yang sangat khas dan unik. Pada beberapa bangunan bertingkat yang terbuat dari tembok batu pada tiap terasnya terdapat elemen bangunan dari kayu yang menjorok keluar. Elemen ini dipergunakan untuk disain teras tiap kamar di hotel Hilton di depan masjidil Haram Makkah al Mukarromah yang direncanakan dengan konsep arsitektur “postmodern” atau pasca modern. Dapat pula kita amati bagaimana warga kota lama berkumpul di kios kopi dan ada pula yang menghisap rokok khas saudi Arabia dengan menggunakan selang panjang. Alat penghisap asap yang lazim disebut “ Shisha” ini dapat pula kita jumpai di café remaja di kawasan simpang lima kota Semarang.

Sebagaimana layaknya fenomena di beberapa kota lama di Indonesia. Bangunan dan elemen lingkungan sebagai artefak budaya nampak antik dalam arti memiliki nilai sejarah yang tinggi, namun secara fisik beberapa bangunan nampak memprihatinkan dan memerlukan rehabilitasi atau renovasi karena usia yang sudah uzur.

Balad

Dari masjid Qisosh ke arah selatan setelah melewati kawasan kota tua, kita langsung sampai di Balad kawasan perbelanjaan semacam Blok M di Jakarta. Jarak pusat perbelanjaan Balad dari masjid Qisosh hanya sekitar 500m saja.

Untuk menikmati lingkungan masjid Qisosh termasuk daerah bangunan kuno, sampai Balad sebaiknya jalan kaki saja karena sensasi yang didapatkan akan lebih terasa berkesan, karena kita dapat menyaksikan serta berpose disamping jam raksaksa di salah satu taman dan benteng pertahanan kuno lengkap dengan meriam meriamnya.

Kawasan perdagangan Balad merupakan salah satu tujuan utama dari warga negara Indonesia yang mengunjungi Jeddah. Beberapa toko dan rumah makan di Balad memperkerjakan mukimin yaitu warga negara Indonesia yang tinggal dan bekerja di Arab Saudi, sehingga masyarakat Indonesia merasa nyaman berbelanja berbagai keperluan terutama oleh-oleh atau buah tangan tanpa terkendala oleh bahasa. Sebagaimana di Mekkah dan Madinah di Jeddahpun banyak pedagang bangsa Arab yang fasih mengucapkan beberapa kalimat bahasa Indonesia, misal: “Mari-mari lihat dulu, bagus bagus, murah-murah”, dan sebagainya. Makanan khas Indonesia juga mudah diperoleh di Balad.

Apabila di Mekkah dan Madinah semua wanita yang tampil di tempat umum pasti memakai penutup kepala atau jilbab, bahkan wanita banyak yang memakai cadar. Sesekali pada pusat perbelanjaan Balad di Jeddah kita bisa melihat wanita Arab yang cantik dan manis, memakai gaun panjang dengan rambut terurai tanpa penutup rambut dan penutup wajah.

Namun iklan, poster, baliho tetap tidak ada yang menampilkan gambar wanita kalau toh ada gambar manusia yang ditampilkan. Maka yang dipilih sebagai model adalah lelaki Arab dengan pakaian khas Arab. Gerbang masuk lingkungan Balad juga dilengkapi dengan poster raksaksa yang menampilkan 3 wajah lelaki Arab dengan pakaian khas mereka.

Kawasan perdagangan Balad memang sangat dikenal bagi sebagaian jemaah Haji atau Umroh dari Indonesia. Dikalangan pedagang di Mekkah, Madinah dan Jeddah jemaah dari Indonesia memang dikenal senang dan banyak berbelanja. Hingga belanja di Balad merupakan kesempatan terakhir untuk menghabiskan sisa uang “Saudi Real” yang tersisa sebelum terbang kembali ke Tanah air dari Bandar Udara King Abdul Azis.




selanjutnya......

BANDA ACEH


BANDA ACEH 3 BULAN SETELAH DILANDA TSUNAMI.
("edited version" Tulisan ini telah dimuat dalam Harian Umum Suara Merdeka) bersambung dalam 2 bagian, edisi 1: Jumat 18 Maret 2oo5.
oleh: gagoek hardiman

Pada minggu pagi sekitar pukul 07.58 WIB tgl 26 Desember 2004 terjadi gempa yang sangat hebat sampai 9 skala Richter, sehingga banyak bangunan retak atau roboh, air laut mendadak surut orang orang ditepi pantai hanya tertegun bahkan ada yang turun kepantai untuk menangkap ikan yang tertinggal di pasir.

Kemudian datang ombak pertama yang disusul dengan ombak kedua (menurut data tinggi ombak di pantai Ulee Lheue 15 m dari MSL ( mean sea level) dan di Lhok Nga ( sebelah barat Ulee Lheue) tinggi Tsunami 15- 30 m diatas MSL waktu tiba Tsunami 15 - 40 menit setelah gempa, air laut masuk kedalam kota dengan kecepatan 3 s/d 7m/dt. Berwarna hitam dengan kekuatan yang dahsyat. Terlihat banyak sekali burung camar beterbangan. Mulailah terjadi kepanikan dan tragedi yang sangat dahyat, dimana mana terdengar teriakan dalam bahasa Aceh “Plueng, Plueng Ie kateuka” dan dalam bahasa Indonesia berarti: lari, lari air datang. Kronologi kejadian tersebut masih lancar diceriterakan oleh saksi saksi hidup Tsunami kepada penulis. .

Dampak bencana Tsunami setelah 3 bulan.
Mulai dari pandangan saat pesawat akan mendarat di banda Aceh sudah nampak jelas bagian kota yang hancur dilanda Tsunami. Kehancuran tersebut lebih terasa saat kita berdiri di kawasan wisata pantai Ulee Lheue. Tugu Syuhada yang berdiri tegak di tepi pantai merupakan saksi betapa dahsyatnya gelombang Tsunami. Endapan air yang membekas ditugu itu apabila di hitung minimal 20 m. Daerah sekitar tugu yang merupakan daerah permukiman dapat dikatakan rata dengan tanah. Bahkan lahan perumahan Bea Cukai dan Kepolisian lenyap menjelma menjadi laut. Ditengah kehancuran Ulee Lheue masih berdiri sebuah masjid dengan konstruksi batu bata tanpa beton bertulang, yang masih berdiri dapat dikatakan 80 % utuh. Masyarakat Aceh menyebutkan keajaiban. Kawasan permukiman pinggir pantai yang memang merupakan daerah padat, hancur, bahkan menurut beberapa tokoh asing termasuk komentar ex. Kanselir Jerman Barat Helmut Khol yang dimuat oleh harian Serambi Indonesia. Dampak yang ditimbulkan oleh bencana Tsunami mengingatkan kota-kota di Jerman yang hancur di akhir Perang Dunia Kedua. Maka dampak kekejaman Tsunami masih dapat dilihat pada jarak 2 km dari pantai.

Kantor pusat Administrasi dan Produksi harian Serambi Indonesia hancur total sebagaian staff meninggal atau hilang. Saat ini sesuai pengamatan kantor sementara yang menempati ruko di Jl. Tengku Iskandar Beurawe nampak masih dirundung duka meskipun aktivitas penerbitan sudah berjalan lancar.

Sebuah kapal pembangkit tenaga listrik raksasa PLTD Apung I seperti yang telah diberitakan diberbagai media masa, terdampar jauh dari pantai di tengah kawasan permukiman.

Bangunan Lembaga Pemasyarakatan di Kedah nyaris musnah, sebagaian besar tahanan mati, karena pintu besi tetap tertutup sampai hancur dilanda Tsunami korban antara lain Zulkarnain ex walikota banda Aceh yang divonis 5 tahun karena terlibat kasus korupsi dana Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (PER) 3,5 milyar .

Lembaga Pemasyarakatan Wanita di Lhok Nga total musnah ikut sebagai korban Tsunami adalah Cut Nurasyikin “Ketua Srikandi Aceh” yang di vonis 11 Tahun dan Salbiah yang divonis 18 tahun dengan tuduhan sebagai salah satu Panglima GAM. Rumah sakit di Ulee Lheue dan di „Blang Oi“ (Artinya di dalam air) benar benar berada di dalam air lebih dari 10 m. Hampir semua tenaga medis yang sedang bertugas dan pasien menjadi korban meninggal atau hilang.

Berdasarkan fakta di lapangan 95%bangunan dibibir pantai sampai jarak 2 km ke arah pusat kota hancur dan rata dengan tanah khususnya di 6 Kecamatan; Meuraxa, Kutaraja, Kuta Alam, Syiah Kuala, Jaya Baru, dan sebagian Baiturrahman.

Haruskah mereka selalu menangis dan meratapi musibah yang telah berlalu tersebut. Tentu saja tidak. Seperti khotbah Jum’at di Masjid Baiturrahman di pusat kota Aceh. Yang pada hari hari pertama bencana Tsunami dipenuhi dengan mayat orang dewasa dan anak anak. Pada Tg 25 Februari 2005, seorang Imam dari pondok Gontor, menguatkan warga Aceh dalam Khotbahnya, yang pada prinsipnya mengingatkan: Hidup mati adalah ketentuan Allah kita harus tetap tabah, harus tetap bergairah dalam menatap kehidupan yang akan datang. Kita tidak boleh takut mati ataupun takut hidup. Kalau takut mati jangan hidup kalau takut hidup mati saja.

Memang dibeberapa „Cafe Terapung“ di Ulee Kareng Prada arah Darussalam tempat nongkrong anak muda, dipadati muda-mudi (berjilbab) bercengkrama sambil minum kopi Aceh serta mendengarkan musik sampai larut malam. Namun bukan berarti mereka melupakan kesedihan namun beberapa dari mereka ingin mengalihkan perasaan sedihnya, agar jiwa mereka tetap tegar dan tabah. Saya pernah mendengar langsung dari seorang kepala rumah tangga yang kehilangan istri yang sedang mengandung, beserta 3 orang anaknya dan 2 adik kandung. Dia justru ingin terlibat pembicaraan santai diselingi humor untuk mengalihkan perasaan pedih yang tidak tertahankan didalam lubuk hatinya. Namun menurtutnya tetap saja perasaan tersebut timbul saat dia berada dalam keheningan dan kesendirian, akan terbayang rekaman kehidupan anak istrinya, tak terasa meneteslah air matanya. Ketekunan masyarakat Aceh dalam hal keagamaan merupakan faktor kuat yang membuat tabah mereka dalam menyongsong masa depan pasca Tsunami.

Evakuasi mayat

Pembersihan puing puing dengan alat-alat berat, diawasi oleh aparat dari ABRI serta tim relawan evakuasi mayat, dengan ciri bersepatu karet dan membawa kantong platik kuning masih merupakan pemandangan sehari hari meskipun Tsunami sudah 3 bulan berlalu. Relawan evakuasi mayat yang mulai aktiv sejak hari kedua setelah bencana Tsunami menurut informasi adalah relawan dari Front Pembela Islam yang jarang sekali diliput oleh Televisi atau Media Cetak. Sampai tgl 5 maret 2005 setiap hari masih sering ditemukan mayat dibawah puing puing yang diangkat dengan alat berat. Bahkan ada bangunan bertingkat yang roboh diberi tulisan: Tolong mereka yang masih berada dalam reruntuhan sebagai sesama manusia. Memang dapat difahami, selama belum semua sampah berat, dan puing puing dibersihkan diperkirakan masih terdapat mayat dibawahnya. Sampai saat ini korban hilang masih sangat banyak, kemungkinan mereka telah disemayamkan dalam kuburan masal atau sebagaian masih tertimbun puing-puing , dan mudah mudahan sebagaian yang hilang itu selamat tetapi belum diketahui keberadaanya. Oleh karena itu dibeberapa tempat dan media antara lain rumah sakit, bandara dan iklan surat kabar masih tertulis: Dicari anggota keluarga yang hilang, bagi yang menemukan atau merawat agar melapor ke nomor HP salah satu keluarga mereka. Dan bersamaan dengan iklan/ pengumuman tersebut di pasang foto mulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua. Sungguh sangat mengharukan sekali.

Perhatian Nasional dan Internasional.


Seorang sopir taksi mengatakan bahwa sebelumnya selalu terjadi bencana (istilah setempat konflik) di Aceh, sekarang terjadi bencana yang sangat dahsyat. Apabila sebelum bencana Tsunami orang asing sangat sulit masuk Aceh, sekarang dari segala penjuru dunia, tercatat 33 Negara, telah mengirimkan tenaga bantuan ke Aceh (Indonesia). Negara yang memberikan bantuan terbesar adalah Jerman antara lain Rumah Sakit Tenda yang didirikan

dihalaman rumah sakit Banda Aceh, juga alat-alat berat dll. Posko bantuan Turki nampak dimana-mana mulai dengan pembagian roti dibeberapa tempat secara rutin, sampai pengiriman alat alat berat termasuk mobil penyapu jalan. Tentu saja tentara dan relawan dari negara lain seperti Spanyol, Jepang, Malaysia, Pakistan dll pada 3 bulan setelah Tsunami masih nampak aktiv membantu di bidang kesehatan, pengiriman kebutuhan hidup di tenda-tenda pengungsian dan pembersihan puing puing di daerah bencana. Bantuan dari Amerika yang baru datang adalah Kapal Rumah Sakit yang sangat lengkap peralatan medisnya, tapi sayang datangnya agak terlambat, 3 bulan setelah Tsunami baru datang pasien pasien pertama yang ditangani bahkan bukan dari korban Tsunami, namun pada prinsipnya bantuan tersebut sangat positif dan bermanfaat bagi masyarakat Aceh. Kerena rumah sakit yang ada sekarang sudah tidak memadai untuk menerima pasien. Nampak antrian pasien yang sangat panjang, alat-alatnya pun sebagaian rusak terendam banjir Gelombang Tsunami.

Perhatian dari berbagai Institusi dari berbagai propinsi didalam negeri, 3 bulan setelah Tsunami masih nampak aktiv dengan berbagai program bantuan mereka. Mulai dari LSM, partai, organisasi keagamaan,perguruan tinggi, institusi pemerintah/swasta dll.

Penyiapan Cetak Biru sebagai arahan Usaha rehabilitasi kedepan.


Kondisi kehancuran tersebut tidak hanya dapat diratapi namun harus diambil langkah nyata yang positif dan konstruktif. Tim Bapenas dan PU bekerjasama dengan ITB dan ASPI (Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia) telah memulai mempersiapkan rencana yang di sebut Cetak Biru. Penulis termasuk tim verifikasi blue print tersebut dan berada di NAD tgl 24 Februari. sampai dengan tgl 5 maret 2005. Konsep blue print tersebut sudah di sosialisasikan dalam lokakarya akbar bertema: Penjaringan aspirasi masyarakat dalam rangka penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi provinsi Naggroe Aceh Darussalam. Lokakarya tersebut dilaksanakan di Aula yang megah di Universitas Syiah Kuala. Pada prinsipnya konsep tersebut disusun dengan memperhatikan perencanaan kota Banda Aceh sebelum Tsunami dan kondisi setelah Tsunami. Dengan memperhatikan nilai sosial, budaya setempat dan memperhatikan aspirasi masyarakat serta mensinergikan semua potensi yang ada. Tentu certak biru tersebut dimulai dari kebijaksanaan macro tingkat propinsi NAD, dan kebijaksanaan tingkat daerah mulai Lhoksumawe, Pidie, Meulaboeh, Calang, Aceh Besar, Banda Aceh dan sumua kota/kawasan yang terkena Tsunami. Cetak biru dari Bapenas tersebut dimaksudkan untuk pedoman dari rekonstruksi di berbagai sektor termasuk untuk system prasarana kota seperti jalan, drainase, listrik, telepon, bangunan fasilitas umum, fasilitas sosial dll. Pada dasarnya cetak biru akan memberikan pengarahan tentang: Struktur Ruang, Pola Ruang, Zonasi, Action Plan, arahan untuk Zoning Regulation dan arahan untuk Building Codes.

Untuk Banda Aceh. Kebijaksanaan yang diambil adalah mengutamakan kepentingan warga yang terkena Tsunami. Sehingga pendataan tanah hak milik merupakan agenda utama yang akan mendasari pengaturan kembali pola lingkungan atau konsolidasi lahan. Menurut ketua Dinas Pertanahan Banda Aceh jual beli tanah dalam beberapa tahun ini pada daerah bencana tidak diperkenankan

Pada umumnya warga yang ingin tetap kembali ke dekat laut adalah nelayan, namun pemukiman nelayan harus ditata kembali dengan baik sebagai contoh daerah Meunasah Tuha dari 1350 warga, yang hidup kurang lebih hanya 300 orang. Namun ada yang tidak mungkin kembali karena sebagaian besar penduduk meninggal, Sehingga diupayakan bergabung dengan nelayan lokasi lain. Sarana prasarana lingkungan hancur total bahkan ada yang sudah berubah menjadi laut ataupun genangan air. Sehingga harus dipikirkan relokasi beberapa penghuni yang selamat, ketempat yang aman. Selain itu prinsip utama adalah perlindungan pantai. Untuk mengurangi kekuatan Tsunamai dimasa mendatang, meskipun tidak diharapkan terulangnya bencana dahyat tersebut.

Setidak tidaknya ada 3 hal dalam penataan daerah pantai untuk rehabilitasi:

- Penanaman mangrove setebal 200-300 m, kemudian kearah darat dibuat tambak selebar 800- 1000 m, kemudian Taman kota 200-300 m yang dibangun diatas sisa sisa reruntuhan, kemudian jalan sejajar pantai dengan jarak dari garis pantai lk. 1600 m. Selanjutnya daerah permukiman yang dilengkapi dengan “escape tower”, dalam pelaksanaan menara penyelamat tersebut dapat difungsikan sebagai menara masjid agar tidak berkesan sebagai monster yang aneh.

- Kawasan permukiman nelayan, dapat lebih dekat dengan laut karena kehidupan mereka menghendaki kondisi demikian. Pola yang diusulkan mangrove 200-300 m, kemudian tambak selebar 300 m, setelah tambak dibangun pelindung (Embankment) yang dilanjutkan dengan Permukiman nelayan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai antara lain Tempat Pelelangan Ikan. Setelah perkampungan nelayan direncanakan, hutan kota 200- 300 m yang dibangun diatas sisa sisa pembersihan reruntuhan/sampah Tsunami. Kemudian jalan sejajar pantai kemudian daerah permukiman umum.

- Yang ketiga adalah kawasan untuk mengenang bencana Tsunami di pantai Ulee Lheue Banda Aceh.

Tsunami Memorial Park.

Bencana yang mengakibatkan kehancuran fisik disertai ratusan ribu korban tersebut sudah terjadi. Diawali gempa dengan skala 8,9 – 9 merupakan gempa terbesar keempat didunia, namun dampak kehancuran yang diakibatkanya merupakan terbesar dalam sejarah. Bencana Tsunami di Aceh menarik simpati dunia internasional 33 negara mengirimkan delegasi banuannya. Dalam kenyataannya tidak dapat dihindari banyak orang dari luar dan dalam negeri ingin mengetahui secara langsung dampak Tsunami yang sangat dahyat tersebut, tanpa ada maksud untuk melihat kesengsaraan korban. Tetapi untuk menolong,, membangun kembali, mempelajari bahkan untuk mengantisipasi dampak Tsunami dimasa mendatang di bagian manapun di dunia ini.

Beberapa pakar mengusulkan Banda Aceh layak dijadikan pusat informasi, penelitian, study, museum tentang Tsunami. Untuk itu lokasi tertentu di Ulee Lheue dan sekitarnya misal kecamatan Kota Raja, Meuraxa, Blang Oi dan lokasi lain yang tepat akan dibiarkan kondisinya sebagai Tsunami Memorial Park. Termasuk kapal tenaga listrik yang terdampar tidak akan dikembalikan kelaut. Saat ini semua orang yang ke Banda Aceh selalu ingin melihat kapal tsb. Masyarakat setempat menyebut mereka “Turis Tsunami”.

Di Berlin juga ada beberapa bangunan yang terkena bom tentara Sekutu pada akhir perang dunia II yang sampai saat ini dibiarkan rusak misal Gedachtniss Kirche (Gereja kenangan) dengan melihat dampak perang dunia tersebut diharapkan orang semakin arif dan bijaksana dengan mengutamakan kedamaian. Pada tempat tempat tertentu di selururuh kawasan yang terkena bencana Tsunami diusulkan adanya pemasangan rambu (signage) dengan gambar ombak serta tulisan “Seumong Aceh 2004” Sehingga dimasa mendatang dibeberapa daerah bencana pada titik titik strategis akan diketahui informasi jarak posisi tersebut dari laut misal 2,5 km. Ketinggian air saat Tsunami pada posisi tersebut 2 m, atau jarak dari laut 100 m tinggi permukaan air saat Tsunami 20 m.

“Seumon”; merupakan istilah penduduk asli pulau Simuelu untuk ombak dahsyat yang menerjang daratan atau dalam bahasa Jepang yang sudah diakui secara internasional “Tsunami”. Pada saat gempa yang diikuti surutnya air laut hampir semua penduduk pulau Simuelu yang berada di dekat pantai langsung naik kebukit sehingga korban jiwa sangat sedikit. Sudah selayaknya di semua wilayah pantai Indonesia yang rawan gempa disosialisasikan tanda-tanda Tsunami tersebut untuk menghindari korban jiwa.

Dampak Tsunami secara umum di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan konflik GAM.

Setelah beberapa hari di Banda Aceh , penulis mencoba menengok Takengon kota yang terletak di Aceh bagian tengah di daerah pegunungan, terletak ditepi danau laut air tawar yang sangat luas. Melalui jalan darat menggunakan angkutan umum L 300 selama 7 jam. Melewati Pidie kota di pantai timur NAD. Meskipun pusat gempa terletak di pantai barat namun karena sifat kelenturan gelombang maka bagaian pantai timur NAD juga dilanda bencana Tsunami antara lain Pidie, Bireuen dan Lhoksumawe. Nampak perumahan/ bangunan didekat pantai hancur. Kemah pungungsian sesekali nampak ditepi jalan. Setelah perjalanan kearah selatan sampai di Bireuen, kendaraan berbelok ke barat melalui kawasan hutan Bireuen dengan jalan berliku, jurang dan tebing curam di tepi jalan sesekali sebagaian jalan longsor ke jurang atau tanah ditebing longsor menutup jalan.

Sejak Pidie sampai Takengon panser tentara ataupun Brimob, pos pos ditepi jalan dikelilingi karung pasir serta aparat dengan rompi anti peluru serta senapan siap tembak merupakan pemandangan biasa.. Menurut sesama penumpang kendaraan umum L.300 warga asli Aceh, keadaan tersebut dikarenakan sering ada konflik dan pencegatan kendaraan oleh GAM,

Alhamdullilah penulis dengan selamat sampai di Takengon. Ternyata banyak warga dari daerah bencana Tsunami yang berasal dari Takengon untuk sementara pulang. Takengon memang sesuai untuk menenangkan pikiran karena kotanya dingin dan indah namun sayang karena „konflik” hotel Renggali yang ada di tepian danau nyaris tidak kelihatan aktifitasnya. Karena jalan yang masih belum sepenuhnya aman, baik dari Medan maupun dari Banda Aceh terutama diwaktu malam..

Dari Takengon sebenarnya terdapat jalan ke Meulaboh dan Calang di pantai barat, namun diawal bulan setelah Tsunami jalur tersebut putus. Hingga Meulaboh dan Calang sangat terisolir, secara bertahap jalan dan jembatan yang rusak diperbaiki oleh marinir dan satuan lainnya. Saat ini Meulaboh sudah dapat dicapai dari Takengon meskipun kondisi jalan masih memprihatinkan. Diharapkan dalam beberapa hari mendatang bantuan lewat darat untuk pantai barat antara lain Calang dapat direalisir, selama ini bantuan dilakukan lewat udara dan laut.

Kota Calang 80% hancur. Sebagaian besar penduduk meninggal atau hilang, antara lain istri dan anak walikota serta anak istri kepala Dinas PU Calang.

Karena terputusnya jalur darat maka rekan penulis, Ir. Fajar Hari Mardiansjah. Msc dosen planologi FT Undip yang bertugas untuk verifikasi cetak biru pasca Tsunami untuk wilayah Calang terpaksa naik helikopter dari Banda Aceh ke Calang pulang pergi. Dari tempat mendarat helikopter ke tempat bencana di kota Calang, demi keamanan dikawal oleh 2 peleton tentara dan dilanjutkan dengan naik tank tempur besar, nyaris masuk jurang akibat hand rem sebelah kanan tidak berfungsi dengan sempurna sementara medan cukup berat. Pengawalan ketat tersebut disebabkan adanya jam malam karena sehari sebelumnya ada pengibaran bendera GAM di bukit kawasan Calang dan kontak senjata.

Akibat hancurnya jalan ditepi pantai barat NAD, ribuan korban Tsunami antara lain Meulaboh dan Calang berhari-hari tidak terjangkau oleh tim penolong dan tim pengirim bantuan.

Beberapa ilmuwan dan warga Aceh menyatakan bahwa rehabilitasi pasca Tsunami tidak hanya difocuskan pada pembangunan kembali sarana dan prasarana lingkungan didaerah bencana tetapi juga jalur jalur yang menghubungkan pantai barat dan timur antara lain melalui Takengon. Hal yang lebih penting lagi pembangunan di NAD secara umum baik yang berskala regional maupun lokal pasca Tsunami ini harus mengarah ke peningkatan kualitas dan kuantitas, sedang untuk daerah yang terkena bencana Tsunami secara langsung target yang diharapkan oleh mesyarakat adalah minimal kembali ke kondisi semula. Hal itu perlu ditunjang dengan adanya jaminan koordinasi perencanaan dan realisasi pembangunan yang solid dengan mengutamakan sinergi positif semua potensi dengan mengesampingkan keuntungan pribadi serta jaminan perdamaian, keamanan dan ketenangan. Semoga setelah bencana Tsunami berlalu, bencana lain yang disebabkan konflik yang berkepanjangan dapat dihentikan agar julukan Aceh sebagai Serambi Mekah dapat terwujud kembali dengan penuh kearifan, keindahan dan kedamaian.

( DR.Ing. Ir. Gagoek Hardiman. Dosen Jurusan Arsitektur fakultas Teknik Undip/ Anggota Tim verifikasi Cetak Biru NAD dan SUMUT



selanjutnya......

Jumat, 11 Juli 2008

Terimakasih telah membuka BLOG INI



salam kenal

gagoek hardiman: ggkhar@yahoo.de

selanjutnya......